RAKYATKU.COM - Hasil survei PolMark Indonesia mendapat tanggapan dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Mereka dinyatakan unggul, namun meragukan validitas hasil jajak pendapat tersebut.
Dalam survei yang dipublikasikan Selasa (5/3/2019), PolMark Indonesia menyebut elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin sebesar 40,4 persen dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno meraih 25,8 persen.
CEO sekaligus founder PolMark Eep Saefulloh Fatah mengatakan, survei dilakukan di 73 daerah pemilihan sejak Oktober 2018 sampai Februari 2019.
Meski unggul, Eep menyebut posisi petahana belum benar-benar aman. Sebab, perolehannya belum dapat melampaui angka 50 persen. Kondisi tersebut, kata Eep, membuat Jokowi seakan-akan sedang "dihukum" publik.
Padahal, kata dia, Jokowi telah menampakkan diri atau kampanye sejak menjadi Presiden 2014 silam.
"Dengan 'kampanye' yang lama, petahana belum melampaui 50 persen, maka artinya pemilih sedang menghukum yang bersangkutan (Jokowi)," kata Eep kepada wartawan di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Selasa (5/3/2019).
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua TKN, Johnny G Plate mempertanyakan posisi politik PolMark.
"Tanya sama PolMark, itu kesimpulan dia apa dasarnya. Itu kan kepentingan PolMark, tanya sama PolMark saya tidak mengomentari keputusan PolMark," kata Plate di kompleks parlemen, Rabu (6/3/2019).
Plate mengklaim pihaknya selalu memperhatikan hasil survei dari sejumlah lembaga, mencatat tren, dan membandingkannya dengan survei internal mereka. Plate menekankan riset yang dirilis lembaga survei politik harus saintifik sehingga bisa dipertanggungjawabkan.
"Lembaga survei harus non-partisan. Nah dia partisan apa bukan, tanya sama dia, bukan ke kita," imbuhnya.
Plate lalu merujuk hasil survei terbaru dari LSI Denny JA. Hasilnya, Jokowi-Ma'ruf mendapat dukungan sebanyak 58,7 persen, jauh meninggalkan pasangan Prabowo-Sandi yang meraih dukungan sebanyak 30,9 persen. Sementara pemilih yang menyatakan rahasia/belum memutuskan/tidak tahu/tidak jawab sebanyak 9,9 persen.
"Setelah 4-5 bulan berkampanye perubahan itu tidak sangat besar, sangat kecil. Jokowi di atas 55 persen sementara Pak Prabowo di kisaran 30 persen sehingga kalau dilihat dari sisi tren bisa dipahami bahwa game is over," ujar Plate.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah secara terpisah justru tidak begitu yakin dengan hasil lembaga survei yang menyebut Jokowi unggul jauh dari Prabowo. Fahri mengingatkan eskalasi Pilkada DKI Jakarta ketika survei mayoritas menyebut elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama unggul jauh dari Anies Baswedan.
Fahri menilai hal itu terjadi karena calon pemilih sungkan menyebut pilihannya kepada surveyor sehingga hasil survei mereka berbeda jauh dari rekapitulasi resmi.