RAKYATKU.COM - Tiga putri Presiden kedua RI, Soeharto bersilaturahmi ke kediaman Pimpinan Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang, KH Maimoen Zubair, Sabtu (2/3/2018).
Dalam pertemuan yang berlangsung kurang lebih dua jam tersebut, Mbah Moen banyak berbicara tentang sejarah Islam. Termasuk proses masuknya Islam ke Indonesia yang tak semuanya tercatat dalam sejarah.
Tiga putri yang berkunjung yakni Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut, Siti Hediati Hariyadi alias Mbak Titiek, Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mbak Mamiek, serta cucu Soeharto, Retnosari Widowati Harjojudanto alias Enno Sigit. Hadir pula menantu Mbak Tutut, Muhammad Ali Reza.
Mbak Tutut dan adik-adiknya tampak mengenakan pakaian muslim dengan warna dominan gelap. Mbak Tutut berkerudung ungu, Mbak Titiek berkerudung warna krem. Tak ada simbol-simbol partai atau kampanye, karena kegiatan ini memang murni silaturahmi.
"Ini dalam rangka silaturahmi. Di dalam (ruangan) banyak ngobrol dengan beliau (KH Maimoen Zubair). Banyak membahas tentang kebangsaan," kata Mbak Tutut usai pertemuan.
Dijelaskan Mbak Tutut, ia dan adik-adiknya memang lebih banyak mendengarkan petuah-petuah Mbah Moen. Tak hanya soal ilmu agama, ia menilai bahwa Mbah Moen juga memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi.
Agenda sowan keluarga cendana itu pun berlangsung hangat. Rombongan tiba sekitar pukul 14.55 WIB dan disambut pengurus Ponpes.
Mbah Moen mengatakan, kedatangan Tutut Soeharto mengeratkan kembali silaturahmi yang telah lama dijalin, antara Pesantren Al Anwar Sarang dengan keluarga Pak Harto. Apalagi di masa pemerintahan Soeharto, Mbah Moen pernah menjadi anggota DPRD Rembang selama tujuh tahun dan anggota MPR RI utusan Jateng selama tiga periode.
Dalam pertemuan itu Mbah Moen berkisah tentang kejayaan Islam di dunia. Dia menceritakan peran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang berhasil menyatukan bangsa Arab dan bangsa Quraisy.
Mbah Moen juga menyampaikan bahwa Islam masuk ke Indonesia lebih awal dibandingkan India. Orang Indonesia yang masuk Islam terlebih dahulu adalah Melayu, Riau. "Tapi dalam sejarah tidak tercatat," ujar Mbah Moen.
Dia juga mengatakan bahwa Islam tidak bisa dipisahkan dari kehidupan berbangsa. Bahkan Islam harus berkontribusi positif di dalamnya. Mbah Moen pun mengenang peristiwa penting seperti peristiwa 28 Oktober 1928 yang kemudian diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda dan 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlwan.
Menurutnya, semangat kebangsaan yang menggelora saat itu dibarengi dengan nilai-nilai Islam. Salah satunya ditandai dengan pekik takbir Bung Tomo yang membakar semangat para pejuang Indonesia.
"Itu, isyarat. Jadi Indonesia yang diperlukan ya, Islaminasional, nggak ada lagi (yang lain)," tegasnya.
Mendengar penjelasan itu, Tutut Soeharto mengaku sangat kagum dengan daya ingat Mbah Moen, padahal usianya sudah sepuh.
"Alhamdulillah, hari ini Allah subhanahu wata'ala mengizinkan saya bersama adik-adik bersilaturahmi ke Mbah Moen, Rembang. Saya kagum, padahal Mbah Moen, usianya 90 tahunan. Kok hafal, ingatannya sangat bagus," ujar putri sulung Presiden Soeharto tersebut.
Mereka lalu berpamitan pada Mbah Moen berserta para santri yang juga turut menyalami. Sehari sebelumnya, Tutut dan adik-adiknya berziarah ke makam ayahnya, Soeharto dan ibu Tien Soeharto di Astana Giribangun Kabupaten Karangnyar, Jumat malam (1/3/2019).