Selasa, 26 Februari 2019 16:29

Dituding Dalang Kerusuhan 98, Wiranto Tantang Prabowo dan Kivlan Sumpah Pocong

Ibnu Kasir Amahoru
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Menkopolhukam, Wiranto. Ist
Menkopolhukam, Wiranto. Ist

Dituding dalang dari peristiwa kerusuhan 1998, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto angkat bicara.

RAKYATLU.COM - Dituding dalang dari peristiwa kerusuhan 1998, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto angkat bicara.

Wiranto bahkan menantang calon presiden nomor 02, Prabowo Subianto, dan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen untuk sumpah pocong mengenai tudingan tersebut.

"Saya berani ya, katakanlah berani untuk sumpah pocong saja 1998 itu yang menjadi bagian dari kerusuhan itu. Saya, Prabowo, dan Kivlan Zein. Sumpah pocong kita, siapa sebenarnya dalang kerusuhan itu," kata Wiranto.

Wiranto menantang Prabowo dan Kivlan melakukan sumpah pocong agar menjadi jelas duduk perkaranya. Ia tidak ingin ada lagi yang menuduhnya dalang kerusuhan Mei 1998. 

"Ini supaya jelas. Dulu saya diam saja, sekarang tidak. Saya buka-bukaan saja," bebernya dikutip Tempo, Selasa (26/2/2019).

Wiranto menjelaskan, saat kerusuhan pada 13 Mei 1998 terjadi penembakan di Trisakti. Esok harinya adalah puncak kerusuhan. Pada 14 Mei 1998 malam, Wiranto mengaku mengerahkan pasukan dari Jawa Timur ke Jakarta.

"Esok paginya, kata dia, Jakarta sudah aman. "Peluang untuk saya kudeta tidak saya lakukan karena saya mencintai negeri ini, saya mencintai teman-teman reformis yang ingin mengubah negara ini," ungkapnya.

Bahkan, Wiranto menyebut Kivlan sering meminta bantuan kepadanya, termasuk memberikan uang.

"Saudara Kivlan ini sering kali meminta bantuan kepada saya, ke teman-teman, kesulitan keuangan dan sebagainya. Tapi, saat ini saya memang tidak bersentuhan dengan yang bersangkutan, tiba-tiba menuduh seperti itu," tukasnya.

Diketahui, Kivlan menuding Wiranto turut melengserkan Soeharto. Kivlan menyebut bukti dari tudingannya adalah dari sikap Wiranto yang secara tiba-tiba meninggalkan Jakarta saat keadaan sedang genting.

"Ya, sebagai panglima ABRI waktu itu, Pak Wiranto kenapa dia meninggalkan Jakarta dalam keadaan kacau dan kenapa kita yang di Jakarta tidak boleh kerahkan pasukan, itu," ungkapnya.

"Jadi kita curiga lho keadaan kacau masa nggak boleh mengerahkan pasukan untuk amankan, kenapa dia tinggalkan Jakarta, dan kemudian dia minta Pak Harto supaya mundur," kata Kivlan.