RAKYATKU.COM, TAKALAR - Mappa (70), merapatkan kain sarungnya ke seluruh tubuhnya.
Pria tuna netra yang tinggal sendiri di sebuah rumah gubuk 5x5 meter di Dusun Pandanga, Desa Aeng Batu-batu, Kecamatan Galesong Utara itu mengambil sebuah kaleng.
Terdengar gemerincing, seperti bunyi uang receh. "Hitungkanka coba koinku. Mauka beli gula sama kopi. Habiski semua," pintanya kepada wartawan Rakyatku.com, Minggu (24/2/2019).
Saat koin tersebut dihampar, ternyata isinya cuma Rp3.400. Sebagian uang kuno yang sudah tidak laku lagi.
Uang tersebut sekian lama dia simpan. Sisa dari uang bantuan penyandang disabilitas Rp300 ribu per tiga bulan yang dia terima.
Sudah lama bantuan itu tak singgah lagi di gubuknya. Sehingga hanya sisa koin itu yang dia simpan.
Mappa hidup sebatang kara. Kedua orangtuanya sudah puluhan tahun meninggal dunia.
Selain hidup sendiri, ia juga mengalami gangguan penglihatan ke dua bola matanya yang dia bawa sejak lahir.
