Kamis, 07 Februari 2019 07:30

Potret Warga Aceh Barat yang Bertaruh Nyawa di Jembatan Tali Kabel

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Warga melintas di jembatan tali kabel di Desa Sikundo, Kecamatan Pantai Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.
Warga melintas di jembatan tali kabel di Desa Sikundo, Kecamatan Pantai Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.

Di tengah geliat pembangunan jalan tol, LRT, dan MRT di Indonesia, warga di pedalaman Aceh Barat harus bertaruh nyawa setiap hari. Mereka menyeberang sungai lewat jembatan tali.

RAKYATKU.COM - Di tengah geliat pembangunan jalan tol, LRT, dan MRT di Indonesia, warga di pedalaman Aceh Barat harus bertaruh nyawa setiap hari. Mereka menyeberang sungai lewat jembatan tali.

Jembatan tali kabel itu berada di Desa Sikundo, Kecamatan Pantai Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat. Jembatan tali itu sudah berusia puluhan tahun. Tak heran jika warga tampak sudah mahir menggunakan jembatan tersebut.

Anak-anak sekolah juga tidak punya pilihan lain. Mereka juga harus melewati jembatan yang mengerikan tersebut. Rutinitas hidup yang mereka jalani sejak kecil selama bertahun-tahun, membuat mereka bernyali. Namun, siapa yang tidak ngeri melihat aksi warga yang sangat berbahaya itu.

Dalam beberapa foto yang diunggah warga di Facebook, tampak seorang ibu melintasi jembatan tali itu. Dia sambil menggendong anak yang masih kecil. Bisa dibayangkan bila kaki terpeleset. Di bawahnya sungai yang mengalir deras dan dalam.

Desa Sikundo berpenduduk 25 kepala keluarga. Terletak sekitar 20 kilometer dari pusat Kecamatan Pante Ceureumen atau sekitar 80 kilometer dari pusat kota Meulaboh. Ternyata, bukan hanya satu jembatan kabel di sana.

"Ada lima jembatan kabel yang harus dilewati warga setiap hari," ujar Keuhcik Desa Sikundo, M Jauhari seperti dikutip dari Tribunnews.com.

Bagi warga Sikundo, jembatan kabel menjadi jalur vital untuk berbagai keperluan. Misalkan saat ada pembangunan di desa, segala material diangkut melewati jembatan kabel. Material dimasukkan dalam karung lalu dibawa warga secara bertahap hingga semua terangkut ke seberang. 

"Manakala hujan deras menyebabkan air sungai meluap, warga kerap kali tidak bisa keluar dari desa. Warga juga harus mempersiapkan stok bahan makanan lebih untuk beberapa hari ke depan," ujar Jauhari.

Beberapa bulan silam, pemerintah sudah membangun akses jalan terobos untuk membuka Desa Sikundo dari keterisoliran. Namun warga enggan menggunakan jalan itu karena harus melewati hutan belantara dan tanjakan. Warga juga merasa takut melintas karena kerap berhadapan dengan hewan buas seperti gajah dan harimau yang muncul tak terduga.