RAKYATKU.COM - Di tengah kritikan Presiden Jokowi terhadap capres yang menggunakan konsultan asing, muncul informasi mengejutkan dari konsultan politik Amerika Serikat Stanley Greenberg.
Konsultan kenamaan itu pernah mendampingi Presiden Amerika Bill Clinton, Al Gore, John Kerry, Kanselir Jerman Gerhard Schröder, mantan Perdana Menteri Ingggris Tony Blair, dan Michael Häupl di Austria.
Namun, yang mengejutkan, website www.political-strategist.com memasukkan Presiden Joko Widodo sebagai salah satu klien Stanley Greenberg. Hal itu dijadikan bahan serangan balik kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
"Kami ingin bertanya kepada Pak Jokowi, ingin mengklarifikasi apakah itu benar," kata juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, Rabu (6/2/2019).
Andre mengatakan, polemik konsultan asing menjadi menarik lantaran Jokowi melontarkan ucapan soal propaganda Rusia. Isu konsultan Rusia ini juga mencuat setelah beredar video Prabowo bersalaman dengan seorang pejabat dari Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia sebelum acara pidato kebangsaan pada 14 Januari lalu.
Andre mengaku informasi ihwal Stanley Greenberg dan Jokowi ini didapat dari website www.political-strategist.com. Salah satu kontributor di lembaga konsultasi politik The Political Strategist itu ialah Stanley Bernard Greenberg. Greenberg dijelaskan sebagai seorang konsultan politik, peneliti, dan penulis buku. Kliennya merentang dari politikus, partai politik, korporasi, dan organisasi akar rumput.
Stanley Greenberg juga merupakan pendiri dan CEO dari Greenberg Quinlan Rosner Research. Perusahaan riset dan konsultasi yang berbasis di Washington DC ini ditengarai berafiliasi dengan Partai Demokrat.
Greenberg juga disebut telah menghasilkan penelitian yang membantu menyukseskan manuver kandidat atau korporasi, terutama menyangkut isu perubahan iklim, transformasi peran gender, milenial, dan reformasi politik.
Website itu juga membeberkan sejumlah nama politikus yang pernah menjadi klien Greenberg. Di antaranya Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, Wakil Presiden Amerika Serikat Al Gore, Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Senator Amerika Serikat John Kerry,Kanselir Jerman Gerhard Shroder, dan Joko Widodo. Dia juga disebut pernah bekerja untuk Microsoft, Boeing, Monsanto, dan sebagainya.
"Kami tidak ingin menuduh Pak Jokowi, kami tidak ingin melakukan fitnah. Kami menunggu klarifikasi. Kalau memang pernah dulu, kenapa harus risih," kata Andre seperti dikutip dari Tempo.co.
Teliti Elektabilitas Jokowi 2013
Pada 2013, Stan Greenberg memang pernah meneliti elektabilitas Jokowi. Tepatnya pada pertengahan September 2013. Saat itu, dia menemukan elektabilitas atau tingkat keterpilihan Jokowi mencapai 68 persen, sedangkan PDIP 28 persen.
Seperti dikutip dari Suara Pembaruan, alasan responden memilih Jokowi karena orangnya jujur dan dapat dipercaya. Pada 2013 itu, pesaing terdekat Jokowi adalah Prabowo Subianto dengan elektabilitas 15 persen dan Aburizal Bakrie dengan 11 persen.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Prof Dr Ibramsyah kala itu menyebut bahwa survei tersebut bukan inisiatif Stan Greenberg, melainkan pesanan sebuah lembaga.
Survey Stan Greenberg dilaksanakan dengan pertanyaan tertutup, "Dari tiga nama berikut, jika pemilihan presiden dilaksanakan sekarang, siapa yang Anda pilih di antara Jokowi, Prabowo, dan ARB?"
Kesaksian JK
Menanggapi isu bahwa Jokowi pernah menggunakan konsultan asing, Wakil Presiden Jusuf Kalla angkat bicara. Menurut dia, dalam pertemuan-pertemuan terbatas, dirinya tak pernah terlihat adanya orang asing.
"Saya kira ndak (pernah pakai konsultan asing). Saya tidak pernah melihat orang-orang berwarna asing ada dalam pertemuan-pertemuan ataupun pembicaraan yang terbatas, dan saya sebagai ketua dewan pengarah tidak pernah mendengarkan ada itu," ujar JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (6/2/2019).
Sementara itu, terkait penggunaan konsultan asing oleh sang penantang, Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin ini mengaku tak mau ikut campur.
"Saya tidak tahu, tanya Pak Prabowo, timnya, saya sama sekali tidak mengetahui dan tidak mau ikut campur," ujar JK.