RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Kasus kematian taruna tingkat satu Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) Makassar Aldama, membuat pimpinan ATKP stres.
Aldama meninggal dunia, setelah dianiaya seniornya di sebuah ruangan. Jenazahnya telah dimakamkan di pemakaman keluarga TNI AU Padangalla, Maros, Rabu (6/2/2019).
Direktur dan pembantu direktur ATKP, turut hadir mengantar Aldama di tempat peristirahatan terakhirnya.
Wakil Direktur III ATKP, Irfan yang ditemui di lokasi pemakaman mengakui, ATKP Makassar telah kecolongan oleh insiden ini.
"Kami benar-benar kecolongan atas peristiwa ini," kata Irfan.
Katanya, pihak ATKP Makassar telah menekankan kepada seluruh taruna-taruni, untuk tidak melakukan kontak fisik kepada junior-junior yang baru masuk, atau taruna tingkat satu.
Katanya, kontak fisik dan kekerasan, sudah sejak lama dilarang keras di ATKP Makassar.
"Kami selalu mengingatkan tentang kontak fisik atau kekerasan kepada para taruna saat pelaksanaan apel," ucapnya.
Tidak hanya di saat apel, kata Irfan, pihak ATKP Makassar memasang spanduk dan imbauan tentang larangan kontak fisik dan kekerasan. Sanksi yang diberikan kepada taruna jika terbukti melakukan kontak fisik pun, sudah diberitahukan kepada taruna-taruni.
"Bahkan kami ingatkan bahwa kalian akan dipecat kalau terbukti memukul, dan akan diproses juga di kepolisian. Tapi ada saja yang tidak mau mendengar dan tetap melakukan hal tersebut," jelasnya.
Peristiwa ini yang menyebabkan nyawa Aldama, putra kesayangan dari anggota TNI AU Pelda Daniel pun, menjadi sebuah pukulan keras bagi pihak ATKP Makassar.
"Kalau sudah seperti ini, apa saya mau katakan lagi. Apakah saya bisa kasih bangun kembali itu anak? Kita semua pusing. Ampun saya," tutupnya.