Rabu, 06 Februari 2019 11:49

Ternyata Fogging Kurang Efektif untuk Berantas DBD

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus bertambah. Secara nasional, jumlah kasus hingga 3 Februari 2019 sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. 

RAKYATKU.COM, PAREPARE - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus bertambah. Secara nasional, jumlah kasus hingga 3 Februari 2019 sebanyak 16.692 kasus dengan 169 orang meninggal dunia. 

Kasus terbanyak ada di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, NTT, dan Kupang. Di Kota Parepare data per Januari 2019, terdapat 13 penderita DBD dan 7 suspect.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Parepare, Sriyanti Ambar,  mengatakan DBD ada yang hanya di tahapan klinis dengan tanda panas pada penderita, kemudian sedikit ada tanda-tanda perdarahan. Kemudian Dengue Shock Syndrome (DSS), yakni kondisi dari demam berdarah yang sudah masuk kepada tahapan syok.

"Kalau sudah syok berarti ada gangguan dari sirkulasi darah atau sejauh ini kejadian yang bisa kita temukan memang yang DSS porsinya tidak lebih dari 10%," kata Sry, Rabu (6/2/2019).

Dengan kondisi seperti itu, Sry menekankan cara yang paling efektif adalah Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu ditambah perilaku hidup bersih dan sehat, memberantas jentik nyamuk di rumah dan sebisa mungkin menghindari gigitan nyamuk seperti tidur dengan memasang kelambu, menggunakan lotion pengusir nyamuk, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.

Terkait penananganan dengan fogging, Sry mengaku langkah tersebut kurang efektif dilakukan.

"Upaya yg dilakukan ketika ada kasus adalah sebelum dilakukan fogging terlebih dahulu dilakukan penyelidikan epidemiologi untuk menentukan apakah layak untuk di-fogging ataukah tidak. Karena fogging itu hanya membunuh nyamuk dewasa saja, tetapi jentiknya tetap berkembang jadi nyamuk. Selain itu, fogging mengandung unsur kimia sehingga dimungkinkan untuk meminimalkan penggunaan karena bisa berdampak pada kesehatan," tutup dia.