Rabu, 06 Februari 2019 07:30

Penelitian Terlama, Dimulai 2014 dan Baru Selesai 2514

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Gelas berisi spora ini akan menjadi subjek penelitian selama 500 tahun.(Ulrich et al., PLOS One, 2018)
Gelas berisi spora ini akan menjadi subjek penelitian selama 500 tahun.(Ulrich et al., PLOS One, 2018)

Tak ada batasan waktu tertentu dalam sebuah penelitian atau percobaan. Tapi sebuah percobaan mikrobiologi ini tampaknya akan memecahkan rekor sebagai percobaan dengan waktu terlama, yakni 500 tahun. 

RAKYATKU.COM - Tak ada batasan waktu tertentu dalam sebuah penelitian atau percobaan. Tapi sebuah percobaan mikrobiologi ini tampaknya akan memecahkan rekor sebagai percobaan dengan waktu terlama, yakni 500 tahun. 

Proyek ini dimulai pada tahun 2014 dan akan selesai pada tahun 2514 nanti. 
Masih perlu 495 tahun lagi untuk mengetahui hasil akhir penelitian tersebut. Tentunya khayalak akan bertanya-tanya, mengapa penelitian ini berlangsung begitu lama. 

Menurut tim peneliti, alasan sebenarnya cukup sederhana: mencari tahu berapa lama mikroba dapat bertahan hidup. Penelitian ini merupakan proyek dari University of Edinburg. 

Proyek menempatkan 400 botol bakteri Bacillus subtilis dalam kondisi kering sehingga membentuk spora. Botol kemudian ditutup rapat dan ditutup dengan timah untuk melindunginya dari radiasi karbon atau sinar kosmik yang dapat menyebabkan kerusakan DNA. 

"Apakah mikroba akan bertahan lama ataukah ada sebagian yang akan mati terlebih dahulu. Ini akan menjadi eksperimen ilmiah terlama yang pernah dibuat," kata Ralf Möller, pemimpin studi dari the German Aerospace Center dikutip dari kompas.com. 

Dalam percobaan tersebut, setiap dua tahun (untuk 24 tahun pertama), satu set botol akan dibuka untuk melihat bagaimana spora itu bekerja. Setelah 24 tahun pertama, pengecekan berkala akan dikurangi frekuensinya menjadi satu kali setiap 25 tahun hingga tahun 2514. 
Pada tahun 2016, 1 set botol sudah dibuka dan hasilnya sudah diterbitkan di PLOS ONE. Penyimpanan dalam rentang dua tahun tidak membuat perbedaan, sampel juga tidak terpengaruh dengan paparan sinar-X, sinar ultraviolet, hidrogen peroksida, dan suhu tinggi.

Memeriksa bakteri-bakteri tersebut itu mudah. Namun, bagian yang sulit adalah memastikan seseorang akan terus melakukannya sesuai jadwal dengan baik di masa depan. Tim meninggalkan stik USB dengan instruksi. Namun hal ini tentu masih jauh dari memadai, mengingat teknologi digital dengan cepat menjadi usang. 

Tidak hanya itu saja, tim peneliti juga mencoba meninggalkan salinan di atas kertas. Namun, tentu saja hal ini menjadi pekerjaan rumah tersendiri. Sebab, kertas belum tentu bisa bertahan selama 500 tahun. Kertas akan menguning dan hancur. 

Tidak ada strategi yang akan sepenuhnya aman 500 tahun kemudian. Jadi, tim meminta para peneliti pada setiap titik waktu 25 tahun untuk menyalin instruksi agar tetap relevan secara linguistik dan teknologi. Kita berharap saja percobaan ini akan terus ada dan tidak dilupakan.