RAKYATKU.COM,MAKASSAR - Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Direktorat Relawan Prabowo-Sandiaga, Syamsul Bahri Sirajuddin menanggapi hasil survei Celebes Research Center (CRC) yang mengunggulkan pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Survei yang dilakukan CRC pada Januari 2019 ini menunjukkan tingkat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di Sulsel unggul dengan angka 46 persen. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memiliki tingkat elektabilitas sebesar 41,9 persen. Adapun yang belum menentukan pilihan sebesar 12,1 persen.
Survei itu menggunakan responden sebanyak 1.200 orang. Survei ini dilakukan pada Januari 2019 dengan margin of error sebesar tiga persen.
Kata Daeng Ancu, sapaan Syamsul Bahri, survei CRC itu janggal. "Ini saya pikir perlu kita uji lagi. Salah satu pertanyaannya, yang belum menentukan pilihan itu dari 6 persen naik ke 12 persen. Artinya naik 100 persen. Data survei CRC sebelumnya itu enam persen. Naiknya tinggi banget. Lucu aja," kata Daeng Ancu kepada Rakyatku.com, Sabtu (2/2/2019).
Anehnya survei ini, kata Daeng Ancu, pemilih yang belum menentukan pilihan 80 persen semestinya lebih banyak ke Jokowi-Ma'ruf sebagai incumbent. Beda halnya, bila Pilpres ini tidak diikuti petahana.
"Kecuali tidak ada incumbent, itu orang banyak yang belum menentukan sikap. Inikan ada incumbent. Pengalaman-lah CRC itu. CRC paham itu. Ini malah kenapa orang yang belum menentukan pilihan, bertambah dalam satu bulan," tambahnya.
Dijelaskan Daeng Ancu, CRC pernah mengeluarkan hasil temuannya pada akhir Desember 2018 lalu. Hasilnya, Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi sama-sama kuat 47 persen.
Survei terbaru CRC ini, Prabowo-Sandi turun enam persen. Sehingga lagi-lagi dijelaskan Daeng Ancu, ada yang janggal dengan survei ini.
"Kalau kita cermati per kabupaten, coba bikin grafisnya. Kelihatan sekali survei ini tidak valid. Orang yang tidak paham survei, mungkin sudah betul. Jadi menurut saya, survei CRC ini hanya mengubah imej pemilih saja," tegas mantan ketua tim pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Sulsel ini.
"Dan menurut saya juga, survei incumbent di bawah 50 persen ini sudah tanda-tanda peluang kalah itu besar sekali. Ini kan CRC mencari asumsi yang dekat saja," pungkasnya.
Peneliti CRC, Saiful Bahrie menanggapi pernyataan Daeng Ancu. Saiful Bahrie menerangkan, survei sebelumnya yang sama kuat merupakan survei nasional yang di-breakdown ke level Sulsel.
"Ini yang perlu diketahui, kronologinya bahwa survei yang disampaikan Pak Herman (Direktur CRC) pada peresmian sekretariat Reppnas Sulsel yang sama-sama 47 persen itu adalah survei nasional yang di-breakdown ke Sulsel. Margin of errornya jadi besar," kata Saiful.
Ditegaskan Saiful, CRC memang baru sekali melakukan survei Pilpres khusus di Sulsel, yakni survei yang dilakukan bulan Januari lalu.
"Sama dengan survei yang sekarang, kalau di-breakdown ke level kabupaten/kota, margin errornya akan besar," ujarnya.
Soal pernyataan Daeng Ancu yang menyebut tanda kekalahan Jokowi-Ma'ruf karena surveinya di bawah 50 persen, Saiful menyebut hal itu memang merupakan peringatan bagi petahana.
"Semua potensi bisa terjadi. Artinya ancaman Jokowi bisa disalip Prabowo. Makanya mesti ada kerja keras dan lebih solid lagi. Di dua bulan terakhir ini, masih ada pola-pola kampanye yang bisa dilakukan," pungkas Saiful.