RAKYATKU.COM, INGGRIS - Sabtu, 2 Februari 2019. Kelly terus tertunduk di ruang pemeriksaan. Demikian pula suaminya, Danny Peat. Dia mengaku menyesal, namun semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur.
Hari itu, 2 Juni 2015. Amber Peat (13), ditemukan tewas tergantung di semak-semak. Selembar kertas teronggok di dekat tempatnya gantung diri.
Di dalam kertas itu, tertulis, "Ibu sayang, aku hanya ingin menjadi kecilmu lagi".
Selama 8 jam Amber menghilang, Kelly dan ayah tirinya tidak mencari siswi tersebut.
Amber kerap curhat kepada gurunya. Bahwa orang tuanya lebih peduli anjing mereka, daripada dirinya.
David Wallace, wali kelas Amber di Sekolah Menengah Tibshelf, menggambarkan, bagaimana dia dipanggil oleh seorang penjaga setelah Amber muncul di sekolah pada malam hari, usai melarikan diri dari rumah.
Kepada Amber, Wallace mengatakan akan menghubungi keluarganya, agar menjemputnya kembali ke rumah. Tetapi Amber memberitahu Wallace, bahwa orang tuanya tidak bisa menjemputnya, karena anjing mereka sedang melahirkan.
Wallace terpaksa mengantar Amber pulang sendiri. "Dia mengatakan bahwa mereka tidak akan peduli, mereka lebih tertarik pada anjing itu," ujar Wallace.
Pada pertemuan berikutnya di sekolah, pada Mei 2014, Wallace mengatakan dia punya firasat, ada sesuatu hal yang tidak baik di rumah.
Peter Kenworthy, pemimpin pastoral di sekolah itu, mengatakan kepada sidang, dengan melihat ke belakang, sekolah bisa berbuat lebih banyak untuk merujuk kasus Amber ke layanan perawatan sosial.
Namun dia mengatakan, fokus pada saat itu adalah memastikan perbaikan dalam perilakunya sejak bergabung dengan sekolah, tidak dibatalkan oleh gangguan pindah rumah lainnya.
Beberapa teman Amber juga kerap melihat, Amber sering mencekik dirinya sendiri. Untung digagalkan oleh teman-temannya.
Pemeriksaan, yang diperkirakan berlangsung sekitar satu bulan, berlanjut.