Rabu, 30 Januari 2019 13:23

Sebelum Penembakan, Mata-mata OPM Jepret Helikopter Polisi

Mays
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Lingkaran merah, yang diduga peralatan canggih untuk memerangi searatis di Papua Barat. Ini jadi alasan pemberontak Papua Barat serang TNI-Polri pada Senin (28/1/2019) lalu. (Dok: TPNPB)
Lingkaran merah, yang diduga peralatan canggih untuk memerangi searatis di Papua Barat. Ini jadi alasan pemberontak Papua Barat serang TNI-Polri pada Senin (28/1/2019) lalu. (Dok: TPNPB)

Sebelum penembakan yang menewaskan Praka Nasrudin, pada Senin (28/1/2019), kelompok pemberontak Papua Barat atau yang juga dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM), mengirim mata-mata di Lapanga

RAKYATKU.COM, PAPUA - Sebelum penembakan yang menewaskan Praka Nasrudin, pada Senin (28/1/2019), kelompok pemberontak Papua Barat atau yang juga dikenal sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM), mengirim mata-mata di Lapangan Terbang Nduga, dan Bandara Mapenduma, Papua pada Senin pagi.

Mata-mata tersebut, rajin mengirim foto ke posko komando Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Nduga, pimpinan Egianus Kogoya.

Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menyebutkan, saat itu sebuah helikopter milik Polri, mendarat di lapangan terbang Nduga. Mata-mata tersebut kata Sebby, mengirimkan foto polisi menurunkan barang-barang, yang menurut OPM adalah alat perang canggih.

Itu kata Sebby yang menjadi alasan mereka menyerang TNI dan menewaskan Praka Nasrudin, serta melukai Praka Pagesa.

“Kami yang melakukan penyerangan tersebut. Sebab, terdapat aktivitas TNI yang mendrop persenjataan canggih guna melakukan penyisiran terhadap rakyat Nduga setelah insiden beberapa waktu lalu,” kata Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom, seperti dilansir dari Suara.

Peralatan perang tersebut, kata dia, dikirim memakai dua unit helikopter milik Polri melalui jalur udara Timika sampai ke Ndugama.

“Terpantau oleh kurir kami, dua helikopter itu dua kali pulang-pergi melalui jalur itu. Kami mempunyai bukti fotonya. Kami menilai aktivitas itu membahayakan TPNPB serta rakyat Nduga, sehingga kami melakukan penyerangan,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Kantor Staf Presiden, Moeldoko menegaskan agar para pemberontak itu tidak lagi disebut kelompok kriminal. Melainkan separatis. Karena menurutnya, jika masih disebut kelompok kriminal, maka kewenangannya ada di Polri, sementara kalau separatis, maka TNI yang akan jadi leading sector, memberantas mereka.