RAKYATKU.COM - Sejumlah isu menyertai pengunduran diri Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi. Mantan Pangkostrad itu diduga meletakkan jabatan gara-gara tekanan mafia bola.
Maklum, Edy termasuk yang getol membersihkan sepak bola Indonesia dari permainan mafia. Hal itu ditunjukkan dengan menyerahkan sepenuhnya kasus match fixing atau pengaturan skor kepada polisi.
Sebelumnya Edy Rahmayadi mengindikasikan bahwa match fixing tak akan dibahas dalam kongres tahunan PSSI. Sudah ada beberapa yang ditangkap dalam kasus ini, antara lain Anggota Komite Eksekutif (Exco), Johar Lin Eng dan Komisi Disiplin, Dwi Irianto alias Mbah Putih.
Edy beralasan bahwa PSSI sulit membersihkan kasus match fixing. Maka, dia menyerahkan masalah tersebut ke Kepolisian.
"Itulah kesalahan. Bukan dibahas di sini. Biarkan polisi membersihkan ini semua karena kami organisasi PSSI sulit melakukannya," kata Edy di lokasi kongres, Sabtu malam (19/1/2019).
Ketua Asprov PSSI Sulawesi Tenggara, Sabarudin Labamba memang ada desakan untuk melengserkan Edy. Dia mengatakan, ada dinamika yang berkembang di tubuh PSSI di bawah kepemimpinan Edy.
"Kami akan melakukan evaluasi organisasi terhadap program kerja selama ini. Evaluasi perkembangan dinamika internal PSSI selama ini," ucap Sabarudin.
Lebih lanjut, Sabarudin juga berbicara mengenai kinerja Edy di PSSI selama ini. Ia mengharapkan pemimpin PSSI mau fokus dalam menjalankan amanah organisasi.
"Dan fokus melakukan pengawasan kegiatan PSSI sehingga tidak menimbulkan masalah seperti mafia bola, harus fokus. Masih banyak hal yang harus ditingkatkan," ujar Sabarudin.
"Puas itu kalau sudah terpenuhi semuanya, ini masih banyak hal yang harus kami kritisi dan evaluasi. Sehingga mendatang, kami berharap kepemimpinan PSSI betul-betul fokus dan menjadi organisasi yang bermartabat dan profesional," ujarnya menambahkan.
Senada dengan Sabarudin, Ketua Asprov DKI Jakarta Uden Kusuma Wijaya berharap agar kinerja Edy menjadi salah satu yang dibahas dalam Kongres PSSI. Ia juga ingin kongres tahunan tersebut menghasilkan sebuah kebijakan yang baru untuk kebaikan dan perubahan mendatang.
Mengenai kepemimpinan Edy,Uden lebih melihat kepada kebijakan yang dihasilkan. "Saya merasa sentuhannya, sehingga kami merasa berjalan sendiri-sendiri saja. Tidak ada upaya untuk diberdayakan," ucapnya melanjutkan.
Kongres tahunan PSSI diikuti 85 pemilik suara yang juga anggota PSSI. Para pemilik suara itu terdiri dari 34 Asprov, 18 klub Liga 1, 16 klub Liga 2, 16 klub Liga 3, dan 1 Asosiasi Futsal.