RAKYATKU.COM - Pemerintah Zimbabwe mematikan total layanan internet. Langkah itu dilakukan pasca-protes kenaikan harga bahan bakar minyak meluas.
Sejumlah warga mengkritiki upaya itu. Mereka menilai, mematikan internet adalah upaya pemerintah menyembunyikan laporan terkait meningkatnya tindakan keras terhadap demonstran.
Harga BBM di negara ini sekarang menjadi termahal di dunia dan warga Zimbabwe mengindahkan seruan tinggal di rumah secara nasional awal pekan ini sebagai protes, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (19/1/2019).
Yang lain turun ke jalan. Sejak itu, laporan-laporan nyata muncul tentang pasukan keamanan yang menargetkan para aktivis dan pemimpin buruh sementara pemerintah Presiden Emmerson Mnangagwa menyalahkan pihak oposisi atas kerusuhan itu.
"Negara kita sedang melalui salah satu periode yang paling sulit dalam sejarahnya," kata Konferensi Waligereja Katolik Zimbabwe dalam sebuah pernyataan luas yang meratapi "penanganan perbedaan pendapat" pemerintah yang tidak toleran dan kegagalannya untuk menghentikan keruntuhan ekonomi.
Akses ke internet dan aplikasi media sosial populer seperti Facebook, Twitter, dan WhatsApp telah diblokir sesekali ketika perusahaan telekomunikasi terbesar di negara itu, Econet, mengirimkan pesan teks kepada pelanggan yang menyampaikan pesanan pemerintah dan menyebut situasi "di luar kendali kami yang wajar."
Ratusan warga Zimbabwe ditangkap selama demonstrasi pada hari Jumat atas tuduhan ketertiban umum, ketika PBB mendesak diakhirinya tindakan keras keamanan brutal dan pemadaman internet.
Di antara sekitar 400 orang yang didakwa oleh hakim adalah pendeta Evan Mawarire, seorang aktivis hak asasi yang menjadi terkenal sebagai pengkritik pemerintahan Robert Mugabe dan memimpin protes nasional pada tahun 2016.