RAKYATKU.COM - Debat perdana capres-cawapres terkesan mengecewakan. Format yang disiapkan KPU RI membuat paslon tidak leluasa mengeksplorasi kebijakan bidang hukum, HAM, korupsi, dan terorisme yang akan dilakukan lima tahun ke depan.
Makanya, sejumlah pihak mengusulkan agar KPU mengubah format debat berikutnya agar lebih maksimal. Usulan itu antara lain diusulkan pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, pakar komunikasi politik Effendi Gazali, dan politikus PKS Fahri Hamzah.
Effendi Gazali sependapat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa debat perdana ini terasa seperti bimbingan belajar. Pasangan calon diberi kisi-kisi 20 pertanyaan sepekan sebelumnya. Lalu, beberapa soal ditanyakan dalam debat.
Effendi Gazali dan JK meminta KPU agar pada debat berikutnya tidak perlu lagi ada kisi-kisi. Bagi JK, debat adalah ajang untuk menunjukkan kapasitas kepemimpinan calon. Termasuk menguji kemampuan mereka mencari solusi ketika ada masalah mendadak.
Sementara Burhanuddin Muhtadi dan Fahri Hamzah mengusulkan agar debat berikutnya tidak perlu membawa pendukung. Cukup kedua pasangan capres-cawapres dan moderator yang ada dalam ruang debat.
"Kalau bawa pendukung seperti ini, terlalu banyak noise," kata Burhanuddin Muhtadi yang juga peneliti senior LSI.
Tak jauh berbeda dengan usulan Fahri Hamzah. Dia mengusulkan agar debat itu dilakukan dalam studio televisi saja dan tanpa pendukung atau tukang sorak. Sama dengan talk show yang dilakukan stasiun televisi selama ini. Jadinya lebih menarik.
"Gak usah kasih waktu 2-3 menit. Biar mereka olah narasi sendiri. Kasih waktu saling potong antar kandidat," kata Fahri Hamzah yang juga wakil ketua DPR RI.
"Biarkan aja dia sendiri saling berhadapan. Biar kelihatan siapa yang mandiri dan siapa yang tidak mandiri," lanjutnya.
Fahri juga mengkritik format pernyataan terakhir para paslon. Moderator meminya kedua pasangan menyampaikan closing statement yang menyejukkan dan apresiasi kepada calon lawan debatnya.
Jokowi-Ma'ruf yang mendapat kesempatan pertama mengabaikan permintaan itu walau memiliki sisa waktu lebih banyak. Ketika diingatkan moderator, Jokowi bergeming, "cukup".
Sementara Prabowo-Sandi mengabaikan permintaan itu dengan cara lebih halus. Prabowo menyampaikan closing statement yang panjang hingga waktu habis. Dia tak sempat lagi menyampaikan apresiasi kepada lawan debatnya.
"Plis KPU, setop sandiwara ini. Rakyat jangan dibodohi. Kosa kata yang keluar dari moderator ini kayak anak-anak. 'Mohon capres mengucapkan pujian kepada calon lain ya dan menyampaikan pesan damai...' Maksudnya apa sih? Memang rakyat rusuh apa? Di bawah santai aja kok," kritik Fahri.