RAKYATKU.COM - Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Mohamad Guntur Romli kembali "menyerang" pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Kali ini terkait jargon "Indonesia Menang".
Guntur Romli menuding Prabowo-Sandi meniru pidato Ketua Umum PSI, Grace Natalie yang disampaikan pada 11 November 2018.
"Kalau benar jargon Prabowo-Sandi mau diubah jadi 'Indonesia Menang', artinya nyontek pidato Sis Grace Natalie ketua umum PSI 11 November 2018 'Yang Muda Menangkan Indonesia'," cuit Guntur di Twitter, Jumat (11/1//2019).
Guntur menganggap Prabowo-Sandi menyontek jargon PSI. "Yang kreatif dong, jangan nyontek!" lanjutnya.
Jargon "Yang Muda Menangkan Indonesia" disampaikan Grace Natalie dalam sebuah tulisan yang dimuat Geotimes.co.id pada Senin (12/11/2018). Dia mengungkap kisah-kisah kepahlawanan tokoh muda dalam sejarah Republik Indonesia.
Berikut catatan Grace Natalie selengkapnya:
Muda Menangkan Indonesia
Kita muda, kita yang akan memenangkan Indonesia!
Pada awalnya adalah kaum muda. Sejarah Republik ini, dimulai ketika kaum muda bangkit bergerak. Pada usia 29 tahun, Sukarno muda menyampaikan pleidoi “Indonesia Menggugat”. “Orang tidak bisa membunuh semangat …,” kata Bung Karno di hadapan para hakim Kolonial. Pidato monumental yang mengharumkan nama Sukarno di kalangan pergerakan, dan kemudian didaulat menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia di usia 44 tahun.
Jauh sebelum itu, Raden Ajeng Kartini menuliskan pikirannya yang jernih dan tercerahkan dalam usia kurang dari 20 tahun.
Mei 1998, anak-anak muda turun ke jalan, menuntut diakhirinya Orde Baru yang korup dan otoriter. Beberapa mati ditembak, lainnya hilang diculik!
Kisah kepahlawanan kaum muda juga muncul dalam bentuk cinta yang keras kepala.
Mei 1998, di tengah kerusuhan rasial tanah air, Hariyanto Arbi terus berjuang membela merah putih di Hongkong. Di tanah tumpah darah yang ia cintai dengan sepenuh hati, sanak saudara tak jelas kabarnya dan setiap saat bisa menjadi korban sasaran amuk massa. Tapi Hariyanto Arbi yang berumur 26 tahun saat itu, bertahan, tetap bertanding dan akhirnya mempersembahkan Piala Thomas bagi Indonesia.
Yang muda, yang menangkan Indonesia.
Modern day hero datang dari anak-anak muda yang mengharumkan Indonesia di pentas dunia.
Nadiem Makarim, di usia 26 tahun menciptakan terobosan kreatif mengatasi problem transportasi kronis Jakarta. Inovasinya: Go-Jek, setiap hari dinikmati jutaan users. Prodigy bernama Joey Alexander, pada usia 12 tahun menjadi nomine termuda sepanjang sejarah Grammy Awards. Remaja 19 tahun bernama Rich Brian sukses go international dan kini tampil reguler di panggung pertunjukan musik hip-hop Amerika.
Merekalah pahlawan muda yang menangkan Indonesia!
***
73 tahun setelah merdeka, Indonesia menghadapi dua tantangan serius.
Jajak pendapat Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), memperlihatkan: Partai Politik dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga yang paling tidak dipercaya oleh publik. Korupsi yang merajalela membuat kepercayaan masyarakat mencapai titik terendah.
Tantangan kedua adalah meluasnya sektarianisme yang menyuburkan sikap dan tindakan intoleransi. Hampir 6 dari 10 orang Indonesia tidak bersedia dipimpin oleh orang yang berbeda keyakinan. Survei memperlihatkan, intoleransi politik kita selama tiga tahun terakhir memburuk.
Ini bukan soal kekuasaan. Bukan soal siapa yang harus memimpin. Tapi ini soal rasa keadilan. Kesetaraan di depan hukum. Bahwa tidak ada seorang pun yang didiskriminasi karena warna kulit atau keyakinanannya!
Politik kita terancam oleh sebuah jalan buntu. Jika terus berlanjut, sebagaimana terjadi di Suriah dan Irak, akan mendorong orang berpaling pada ideologi kekerasan. Karena mereka menganggap demokrasi hanya menghasilkan politisi korup.
Empat tahun lalu PSI berdiri. Partai ini adalah resultante dari refleksi panjang kami atas keadaan bangsa, yang menurut kami berada pada titik kritis. Pada satu sisi, kami anak-anak muda, melihat persatuan nasional terancam oleh korupsi dan intoleransi. Namun, pada saat lain, kami melihat sebuah harapan.
Titik terang itu bernama Joko Widodo. Seorang presiden, yang mendobrak tradisi kekuasaan yang selama ini didominasi elite politik lama.
Seperti kebanyakan dari kita, Bro Jokowi melewatkan masa kecil dalam suasana prihatin. Tapi berkat kejujuran, kerja keras, dan kemauan untuk belajar, beliau bisa menduduki jabatan tertinggi negeri ini.
Itulah Indonesian Dreams. Siapa pun kamu, apa pun latar belakangmu, akan punya kesempatan yang sama untuk menjadi apa yang kamu cita-citakan, asal mau belajar dan bekerja keras.
Bro and Sis, yang mungkin sedang frustasi karena hidup pas-pasan atau bahkan kekurangan, jangan putus asa. Ingatlah bahwa “Mimpi Indonesia” itu nyata. Jangan pernah merasa bahwa kalian tidak punya masa depan, bahwa kalian tidak penting dan tidak punya tempat di negeri ini.
Saya ingin katakan, kalian semua penting dan berharga!
Dalam Pemilihan Umum 2019 nanti, akan ada 75 juta anak muda, berusia 17 sampai 35 tahun, yang mempunyai hak untuk memilih. Artinya 40 persen suara akan ditentukan kaum muda. Generasi muda yang akan menangkan Indonesia.
PSI lahir dari kesadaran bahwa kita, kaum muda, harus melibatkan diri dalam percakapan nasional, untuk memastikan suara kita didengar. Agar arah kebijakan politik sesuai dengan harapan kita kaum muda.
Presiden Jokowi sedang membangun dasar-dasar yang kokoh bagi persatuan dan kemajuan Indonesia. Pembangunan infrastruktur akan mendorong kemajuan ekonomi, sambil mengurangi hambatan geografis, membuat kita semakin dekat satu sama lain. Pembangunan Indonesia bagian Timur adalah statement yang jelas bahwa masyarakat di sana tidak diabaikan, tidak ditinggalkan.
Kekayaan terbesar Indonesia sesungguhnya bukan bersumber dari tambang minyak, batubara, atau kekayaan alam lain. Kekayaan terbesar bangsa ini terletak pada para anak muda yang akan menentukan arah negeri.
Jika kelak diberi amanat oleh rakyat untuk duduk di parlemen, ada tiga misi yang akan dijalankan PSI.
Pertama, memproteksi para pemimpin reformis di tingkat nasional dan lokal dari gangguan para politisi hitam. PSI akan menjaga Pak Jokowi di DPR. Menjaga Kang Ridwan Kamil di Jawa Barat. Menjaga Pak Nurdin Abdullah di Sulawesi Selatan. Menjaga Ibu Risma di Surabaya!
Kedua, PSI ingin menghentikan praktik pemborosan dan kebocoran anggaran di parlemen. Tidak boleh lagi ada sepeser pun uang rakyat yang bisa dihambur-hamburkan dan dikorupsi.
Ketiga, PSI akan mencegah lahirnya ketidakadilan, diskriminasi, dan seluruh tindak intoleransi di negeri ini. Partai ini tidak akan pernah mendukung Perda Injil atau Perda Syariah. Tidak boleh ada lagi penutupan rumah ibadah secara paksa!
PSI sadar bahwa tujuan akhir dari politik adalah untuk menciptakan kebahagiaan. Kebahagiaan adalah ketika warga merasa kebutuhan mereka terpenuhi. Dulu kebutuhan primer kita hanya sandang, pangan, dan papan, tapi kini kebutuhan utama meluas.
Bro Jokowi merespons perubahan itu dengan melaksanakan Program Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat. Itu menunjukkan bahwa pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia abad-21, selain lingkungan yang lestari dan hubungan yang baik antar manusia.
***
Ada perbedaan utama antara generasi optimis dengan politisi lama. Politisi zaman old melihat orang atau negara lain sebagai ancaman. Karena itu mereka sering pidato aneh-aneh: akan menyetop seluruh impor-lah, bahaya asing-lah. Politik gaya lama adalah politik yang gemar menyebar ketakutan. Politisi Genderuwo, kata Bro Jokowi. Biasanya para genderuwo ini ada di kumpulan yang sama dengan politisi sontoloyo. Politisi yang gemar menyebar isu SARA dan hoaks.
Kita bukan mereka! Politik PSI adalah politik yang optimistis, politik yang cerdas, politik yang kreatif, politik kegembiraan. Kita adalah generasi optimis yang melihat orang atau negara lain sebagai kesempatan, atau peluang untuk bekerjasama, berkolaborasi. Kita selalu berpikir bagaimana agar fashion Indonesia bisa diterima di Paris, musik Indonesia digandrungi di New York, dan animasi kita diputar di bioskop-bioskop dunia.
Itulah perbedaan generasi muda optimis dengan para sontoloyo dan genderuwo.
Memang tidak ada jalan yang mudah. Tapi hari ini saya bisa merasakan atmosfer kemenangan. Saya merasakan energi yang kuat, tekad dari Bro and Sis semua: anak-anak muda yang akan menangkan Indonesia!
Pada 17 April nanti, kita akan merebut masa depan. Tunjukkan diri kalian: wajah Boyolali, Aceh, Pekalongan, muka Singkawang, Ambon, Papua. Kalianlah wajah pemenang, wajah Indonesia.
Dengan langkah mantap, pergilah ke bilik suara. Kita tuntaskan tugas politik kita: Menangkan 01, Jokowi-Ma’ruf Amin; Menangkan 11, Partai Solidaritas Indonesia.
Kita muda, kita yang akan memenangkan Indonesia!