Sabtu, 05 Januari 2019 17:57

Siapkan Program Pemberdayaan, LIDMI Bantu Korban Tsunami Selat Sunda Bangkit

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Suasana Muspimnas LIDMI di Makassar baru-baru ini.
Suasana Muspimnas LIDMI di Makassar baru-baru ini.

Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP LIDMI) menunjukkan kepedulian terhadap bencana tsunami Selat Sunda. Mereka menyiapkan program pemberdayaan kepada para korban.

RAKYATKU.COM - Pimpinan Pusat Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PP LIDMI) menunjukkan kepedulian terhadap bencana tsunami Selat Sunda. Mereka menyiapkan program pemberdayaan kepada para korban.

Program itu menjadi salah satu rekomendasi Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) yang berlangsung di Pesantren Pondok Madinah Makassar pengujung 2018.

Ketua Umum PP LIDMI Hamri Muin telah menetapkan gerakan nasional penggalangan donasi kepada seluruh pengurus wilayah dan pengurus daerah.

"Seluruh PW dan PD wajib menjadikan program LIDMI Peduli Tsunami Selat Sunda sebagai gerakan nasional," kata Hamri Muin.

Seperti pernah dilakukan terhadap korban gempa Lombok serta gempa dan tsunami Sulteng, LIDMI akan membantu korban tsunami Selat Sunda untuk bangkit kembali.

Ketua Departemen Sosial PP LIDMI, Andika mengatakan, selain kebutuhan sandang dan pangan, para korban tsunami juga butuh pendidikan, trauma healing, sadar kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

"Jika kami mendapat banyak donatur, maka program-program ini insya Allah bisa kami jalankan," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Rakyatku.com, Sabtu (5/1/2018).

Pria asal Bima Nusa Tenggara Barat ini menambahkan, LIDMI memiliki kader dan pengurus yang merupakan mahasiswa dengan background yang beragam. Mereka diharapkan mampu memberikan yang terbaik kepada para korban.

"Agent of change menjadi misi utama mahasiswa, maka insya Allah LIDMI akan memfasilitasi misi tersebut," tambahnya.

Dia juga menambahkan, penanganan bencana, sebagaimana yang terjadi di Lombok dan Sulawesi Tengah, tidak berakhir dalam hitungan pekan. Namun, bisa berbulan-bulan. Di antara pemulihan yang memakan waktu lama menurut dia adalah pemulihan kondisi psikologis dan mengembalikan kehidupan normal korban.

"Kebanyakan relawan kemanusiaan hanya mendrop bantuan logistik, dokumentasi, kemudian pulang. Ini sangat tidak efisien sebab dampak bencana tidak hilang begitu saja," katanya. 

"Harus ada pendampingan selama berbulan-bulan hingga mereka, para korban, mandiri dan bangkit kembali. Misalnya program yang telah dilaksanakan relawan kami di LIDMI Peduli di Lombok dan Sulteng, pembinaan kerohanian intensif tiap hari yang disesuaikan dengan waktu para korban," ujarnya.

Dia katakan, para korban tak bisa diberikan logistik terus menerus sebab akan memanjakan mereka dan berpotensi mematikan kreativitas dan motivasi mereka untuk kembali seperti sedia kala. 

"Maka program pemberdayaan masyarakat harus diutamakan. Misalnya, di kawasan pesisir yang erat dengan aktivitas nelayan, insya Allah kami memprogramkan agar aktivitas itu bisa kembali setelah tsunami menerjang dan kondisi telah dinyatakan aman oleh pemerintah," papar alumni Universitas Muslim Indonesia ini.

Di antara program yang disiapkan PP LIDMI adalah "Program 1000 Perahu" untuk para nelayan yang kehilangan mata pencaharian karena peralatan yang rusak akibat terjangan tsunami. 

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat menyebutkan adanya 510 unit kapal dan perahu rusak akibat tsunami yang terjadi. Nah, para korban butuh bantuan perahu agar bisa kembali beraktivitas seperti semula.