RAKYATKU.COM - Bila ada pertanyaan, mana yang lebih utama belajar bahasa Inggris atau bahasa Arab, maka jawabannya bisa berbeda.
Namun, bagi seorang Muslim, belajar bahasa Arab sebuah keharusan. Mengapa? Salah satu alasannya, sebab kitab suci Alquran dan Sunnah yang menjadi pedoman hidup, menggunakan bahasa Arab.
Imam Syafi’i berkata, "Manusia tidak menjadi bodoh dan selalu berselisih paham kecuali lantaran mereka meninggalkan bahasa Arab, dan lebih mengutamakan konsep Aristoteles." (Siyaru A’lamin Nubala: 10/74)
Nah, berikut ini diuraikan beberapa keutamaan mempelajari bahasa Arab:
1. Bahasa Alquran
Keistimewaan bahasa Arab disebutkan dalam Alquran lebih dari sepuluh tempat, di antaranya pada ayat, "Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Alquran ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. (Ialah) Alquran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.” (QS. Az-Zumar: 27-28)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, "Bahasa Arab adalah syi’ar Islam dan syi’ar kaum muslimin.” (Iqtidha’ Shirath Al-Mustaqim)
2. Lebih Mudah Belajar Alquran
Dengan mempelajari bahasa Arab lebih mudah dalam menghafalkan, memahami, mengajarkan dan mengamalkan isi Alquran. Dengan modal bahasa Arab akan mudah pula dalam memahami hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menghafalkan, menjelaskan serta mengamalkannya.
3. Mudah Memahami Islam
Orang yang paham bahasa Arab, terutama paham kaedah-kaedah dalam ilmu nahwu akan semakin mudah memahami Islam daripada yang tidak mempelajarinya sama sekali. Apalagi jika tugas seseorang sebagai penyampai dakwah, menjadi seorang dai, kiai atau ustaz, tentu lebih urgen lagi mempelajarinya agar mudah memberikan pemahaman agama yang benar pada orang banyak.
4. Mudah Menggali Ilmu dari Ulama
Orang yang paham bahasa Arab akan mudah menggali ilmu dari ulama secara langsung atau membaca berbagai karya ulama yang sudah banyak tersebar hingga saat ini. Sedangkan yang tidak paham bahasa Arab hanya bisa mengandalkan kitab terjemahan dan itu sifatnya terbatas.
5. Lembut dan Menenteramkan Jiwa
Bahasa Arab itu bahasa yang lembut dan lebih mengenakkan hati, serta menentramkan jiwa.
Ibnu Katsir saat menjelaskan surat Yusuf ayat kedua menyatakan, "Karena bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas (kosakatanya), dan paling banyak mengandung makna yang menentramkan jiwa."
6. Bahasa Paling Mulia
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling mulia. Ibnu Katsir rahimahullah juga menyatakan, "Karena Alquran adalah kitab yang paling mulia, diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan pada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai sisi itu, kita bisa menilai bagaimanakah mulianya kitab suci Al-Qur’an."
Oleh karena itu Allah nyatakan tentang bahasa Arab, "Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Alquran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2)
7. Mudah Dipahami
Bahasa Arab adalah bahasa yang lurus, mudah dipahami dan mudah digunakan sebagai hukum bagi manusia.
Allah berfirman, "(Ialah) Alquran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa." (QS. Az-Zumar: 28)
Dalam ayat lain disebutkan, "Dan sesungguhnya Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy-Syu’ara: 192-195).
Sebagaimana disebutkan dalam Zaad Al-Masiir karya Ibnul Jauzi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab yaitu bahasanya orang Quraisy yang setiap orang mudah memahaminya.
Juga dalam ayat lain disebutkan, "Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arab.” (QS. Ar-Ra’du: 37).
Disebutkan dalam Tafsir Al-Jalalain, bahasa Arab digunakan sebagai hukum di tengah-tengah manusia. Dalam Zaad Al-Masiir disebutkan bahwa bahasa Arab bisa digunakan untuk menerangkan hukum-hukum yang wajib.
8. Meningkatkan Ketajaman Daya Pikir
Umar bin Khaththab berkata, "Pelajarilah bahasa Arab. Sesungguhnya ia dapat menguatkan akal dan menambah kehormatan."
Pengkajian bahasa Arab akan meningkatkan daya pikir seseorang, lantaran di dalam bahasa Arab terdapat susunan bahasa indah dan perpaduan yang serasi antar kalimat. Hal itu akan mengundang seseorang untuk mengoptimalkan daya imajinasi. Ini salah satu faktor yang secara perlahan akan menajamkan kekuatan intelektual seseorang.
Pasalnya, seseorang diajak untuk merenungi dan memikirkannya. Renungkanlah firman Allah, "Barangsiapa yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS. Al Hajj: 31)
Lantaran dahsyatnya bahaya syirik kepada Allah, maka permisalan orang yang melakukannya bagaikan sesuatu yang jatuh dari langit yang langsung disambar burung sehingga terpotong-potong tubuhnya. Demikian perihal orang musyrik, ketika ia meninggalkan keimanan, maka syetan-syetan ramai-ramai menyambarnyanya sehingga terkoyak dari segala sisi, agama dan dunianya, mereka hancurkan.
9. Mempengaruhi Pembinaan Akhlak.
Orang yang menyelami bahasa Arab, akan membuktikan bahwa bahasa ini merupakan sarana untuk membentuk moral luhur dan memangkas perangai kotor.
Berkaitan dengan itu, Ibnu Taimiyah berkata, "Ketahuilah, perhatian terhadap bahasa Arab akan berpengaruh sekali terhadap daya intelektualitas, moral, agama (seseorang) dengan pengaruh yang sangat kuat lagi nyata. Demikian juga akan mempunyai efek positif untuk berusaha meneladani generasi awal umat ini dari kalangan sahabat, tabi’in dan meniru mereka, akan meningkatkan daya kecerdasan, agama, dan etika."
Misalnya, penggalan syair yang dilantunkan Habib bin Aus yang menganjurkan berperangai dengan akhlak yang baik.
"Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama ia mempunyai rasa malu. Batang pohon senantiasa abadi, selama kulitnya belum terkelupas. Demi Allah, tidak ada sedikit pun kebaikan dalam kehidupan. Demikian juga di dunia, bila rasa malu telah hilang sirna."
Juga ada untaian syair yang melecut orang agar menjauhi tabiat buruk. Imam Syafi’i mengatakan, "Bila dirimu ingin hidup dengan bebas dari kebinasaan, (juga) agamamu utuh dan kehormatanmu terpelihara, janganlah lidahmu mengungkit cacat orang, Tubuhmu sarat dengan aib, dan orang (juga) memiliki lidah."
10. Bahasa Paling Kaya Kosa Kata
Bahasa Arab dikenal sebagai bahasa yang paling kaya dari segi banyaknya lafaz, majaz, dan gaya bahasanya.
Seorang pakar bahasa asal Jerman berkata, "Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling kaya di antara bahasa-bahasa lainnya didunia ini." (Al-Lughah Al’Arabiyah Wa Makaanatuha hal. 4).
Kesaksian ini tidaklah mengada-ada, sebab dalam praktiknya bahasa Arab memang sangat kaya akan kosa kata dan sarat akan makna dan majaz yang begitu indah. Untuk membuktikannya, cukuplah dengan mengetahui bahwa suatu benda, bisa saja dinamakan dengan nama yang beragam, dan suatu kosa kata, bisa diubah dan dirombak untuk menunjukkan makna lain, sebagaimana yang dipelajari dalam ilmu shorof.
11. Ringkas tetapi Memiliki Makna Luas
Sallah satu buktinya, surat Al-Fatihah yang jumlah hurufnya hanya 31 kata. Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris maka akan mencapai 70 kata, dan dalam bahasa Indonesia mencapai sekitar 67 kata.
12. Fardu Kifayah
Mempelajarinya merupakan wajib kifayah, serta salah satu bentuk taqarrub/ketaatan terhadap Allah ta’ala. Sebab ia merupakan bahasa dan syiar islam. Semua ajaran Islam yang terkandung dalam Alquran dan Sunnah tidak mungkin bisa dipahami melainkan dengan bahasa Arab.
Syaikhul islam berkata, "Mengetahuinya (bahasa Arab) merupakan fardhu dan kewajiban, karena memahami Alquran dan Sunnah hukumnya wajib, dan keduanya tidak mungkin dipahami kecuali dengan memahami bahasa arab, sebab itu suatu kewajiban yang tidak bisa terpenuhi kecuali dengan suatu sarana, maka sarana tersebut hukumnya wajib, dan diantaranya (bahasa Arab) ada yang hukum mempelajarinya fardhu ‘ain dan ada fardhu kifayah”. (Iqtidha Shirathal Mustaqim: 207)