Senin, 08 September 2025 07:30

Inilah 3 Crypto yang Diminati Whale dan Investor di Pasar Terdesentralisasi

Usman Pala
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Inilah 3 Crypto yang Diminati Whale dan Investor di Pasar Terdesentralisasi

Coin Zerebro bisa menjadi alternatif jika kamu ingin melakukan trading atau investasi pada altcoin. Meski demikian, hal wajib yang harus kamu lakukan dengan melakukan analisa fundamental dan teknikal sehingga kamu mengetahui arah pergerakannya.

RAKYATKU.COM -- Banyak aset crypto yang bisa diperdagangkan saat ini. Meski demikian, dari ratusan koin crypto yang bisa diperdagangkan tidak semua memiliki peluang potensi menguntungkan. Karena itulah dibutuhkan analisa sebelum membelinya.

Coin Zerebro bisa menjadi alternatif jika kamu ingin melakukan trading atau investasi pada altcoin. Meski demikian, hal wajib yang harus kamu lakukan dengan melakukan analisa fundamental dan teknikal sehingga kamu mengetahui arah pergerakannya.

Tetapi jika kamu belum memahami bagaimana menganalisa crypto, maka sebaiknya kamu belajar di akademi crypto yang umumnya setiap platform trading crypto memiliki fitur tersebut. Kamu bisa belajar melalui informasi didalamnya bahkan diskusi bersama ahlinya.

Terdapat beberapa aplikasi crypto yang telah teregulasi di Indonesia, salah satunya Pintu yang menyediakan fitur terlengkap, biaya trading rendah, serta variasi token yang banyak lebih dari 320+ token sehingga cocok untuk investor pemula maupun trader aktif dan professional.

3 Crypto yang Diminati Whale

Dunia cryptocurrency selalu menjadi pusat perhatian para investor global. Tidak hanya investor ritel, tetapi juga “whale” – sebutan untuk pemegang aset crypto dalam jumlah besar. Gerakan para whale sering kali menjadi indikator tren karena mereka memiliki modal besar yang dapat mendorong harga naik atau turun secara signifikan.

Di pasar terdesentralisasi (Decentralized Finance/DeFi), ada sejumlah aset crypto yang menjadi favorit whale karena dianggap memiliki fundamental kuat, likuiditas tinggi, serta peran penting dalam ekosistem blockchain, diantaranya adalah:

  1. Bitcoin (BTC): Raja Aset Digital yang Tetap Dominan

Sejak diluncurkan pada tahun 2009 oleh sosok anonim bernama Satoshi Nakamoto, Bitcoin telah menjadi pionir dan simbol utama dalam dunia cryptocurrency. Hingga saat ini, Bitcoin masih dianggap sebagai aset paling berharga di pasar crypto dan sering disebut sebagai “emas digital.”

Alasan Bitcoin Menjadi Favorit Whale

Whale memilih Bitcoin karena sifatnya yang langka dan terdesentralisasi. Jumlah Bitcoin hanya dibatasi 21 juta, menjadikannya aset deflasi yang berpotensi meningkat nilainya seiring waktu. Faktor kelangkaan inilah yang membuat whale yakin bahwa menyimpan Bitcoin dalam jumlah besar dapat menjadi lindung nilai terhadap inflasi.

Selain itu, Bitcoin memiliki likuiditas tinggi. Hampir semua bursa crypto terpusat maupun terdesentralisasi menyediakan pasar BTC dengan volume perdagangan terbesar. Hal ini membuat whale bisa dengan mudah melakukan transaksi dalam jumlah besar tanpa khawatir kesulitan mencari pembeli atau penjual.

Peran Bitcoin di Pasar DeFi

Meski awalnya Bitcoin tidak dirancang untuk mendukung smart contracts, kini banyak proyek DeFi yang memungkinkan BTC digunakan dalam ekosistem terdesentralisasi. Melalui konsep tokenisasi, seperti Wrapped Bitcoin (WBTC) di jaringan Ethereum, para whale bisa menggunakan Bitcoin untuk aktivitas yield farming, staking, atau likuiditas di protokol DeFi.

Dominasi Bitcoin membuatnya tetap menjadi aset utama yang dikoleksi oleh whale, baik untuk tujuan penyimpanan nilai jangka panjang maupun untuk memanfaatkan peluang di ekosistem DeFi yang terus berkembang.

  1. Ethereum (ETH): Aset Utama dalam Ekosistem DeFi

Jika Bitcoin dikenal sebagai emas digital, maka Ethereum bisa dianggap sebagai “pembangun dunia baru” dalam industri blockchain. Diluncurkan pada tahun 2015 oleh Vitalik Buterin dan timnya, Ethereum menghadirkan inovasi berupa smart contracts, yang memungkinkan terciptanya aplikasi terdesentralisasi (dApps).

Alasan Whale Memilih Ethereum?

Ethereum menjadi incaran whale karena perannya sebagai pondasi utama ekosistem DeFi dan NFT. Ribuan proyek blockchain bergantung pada jaringan Ethereum, mulai dari aplikasi pinjaman crypto, decentralized exchanges (DEX), hingga marketplace NFT.

Permintaan tinggi terhadap ETH sebagai bahan bakar transaksi menjadikannya aset yang sangat berharga. Selain itu, Ethereum juga telah bertransformasi melalui upgrade besar, yakni Ethereum 2.0, yang mengubah mekanisme konsensus dari Proof-of-Work (PoW) ke Proof-of-Stake (PoS).

Dengan mekanisme PoS, investor dapat melakukan staking ETH untuk mendapatkan imbal hasil pasif. Hal ini sangat menarik bagi whale, karena mereka bisa mengunci aset dalam jumlah besar sekaligus mendapatkan pendapatan tambahan.

Peran ETH di Pasar Terdesentralisasi

Ethereum adalah aset inti di DeFi. Hampir semua protokol besar, seperti Uniswap, Aave, Compound, dan MakerDAO, bergantung pada ETH baik sebagai jaminan maupun media transaksi. Whale sering menggunakan ETH untuk menyediakan likuiditas di DEX, melakukan staking, hingga menjadi jaminan pinjaman.

Dengan posisinya yang tidak tergantikan dalam ekosistem blockchain, Ethereum menjadi pilihan utama bagi investor besar yang percaya pada masa depan keuangan terdesentralisasi.

  1. Tether (USDT): Stablecoin Favorit untuk Likuiditas

Berbeda dengan Bitcoin dan Ethereum yang memiliki harga fluktuatif, Tether (USDT) adalah stablecoin yang nilainya dipatok terhadap dolar AS dengan rasio 1:1. Sejak pertama kali diperkenalkan, USDT berkembang menjadi stablecoin dengan kapitalisasi pasar terbesar dan digunakan secara luas dalam perdagangan crypto.

Alasan Whale Tertarik dengan USDT?

Whale menggunakan USDT karena fungsinya yang stabil dan likuid. Dalam pasar yang volatil seperti crypto, stablecoin menjadi alat lindung nilai yang efektif. Ketika harga aset lain turun, whale bisa dengan cepat memindahkan dananya ke USDT untuk menghindari kerugian besar.

Selain itu, USDT sering digunakan sebagai alat transaksi utama di banyak bursa. Pair perdagangan crypto hampir selalu menggunakan USDT sebagai pasangan utama, sehingga memudahkan whale untuk melakukan perpindahan aset dalam jumlah besar tanpa harus menukar ke mata uang fiat.

Peran USDT di Pasar DeFi

Di dunia terdesentralisasi, USDT memiliki peran penting sebagai media likuiditas. Whale sering menempatkan USDT di protokol lending dan yield farming untuk mendapatkan bunga pasif. Misalnya, menempatkan USDT di Aave atau Curve Finance memungkinkan investor besar memperoleh pendapatan stabil dari bunga pinjaman.

Stabilitas dan adopsi luas membuat USDT menjadi aset penting yang tak hanya diminati trader harian, tetapi juga whale yang membutuhkan instrumen aman di tengah volatilitas pasar crypto.

Whale memiliki peran besar dalam membentuk tren pasar crypto, dan pilihan aset yang mereka kumpulkan sering kali menjadi indikator penting bagi investor lain. Dari sekian banyak aset digital, tiga crypto yang paling diminati di pasar terdesentralisasi adalah:

  • Bitcoin (BTC) sebagai aset lindung nilai dan simbol utama cryptocurrency.
  • Ethereum (ETH) sebagai pondasi ekosistem DeFi dan inovasi blockchain.
  • Tether (USDT)sebagai stablecoin utama yang menjaga stabilitas dan likuiditas.

Ketiga aset ini mewakili kombinasi ideal antara keamanan, inovasi, dan stabilitas. Bagi investor pemula maupun profesional, memahami mengapa whale memilih ketiga crypto ini dapat membantu menyusun strategi investasi jangka panjang yang lebih bijak.

Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif.

Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.