RAKYATKU.COM, MAKASSAR-- Dewan pengurus Provinsi Perkumpulan Jasa Konsultan Indonesia (Perkonindo) Sulawesi Selatan menggelar diskusi panel membahas Banjir Kota Makassar, sabtu (24/5)
Diskusi Panel kali ini menghadirkan dua narasumber dari akademisi yakni Dr. Ir. Riswal Karamma, ST.,MT.,IPM.,AER dan Dr Eng. Ir. Mukhsan Putra Hatta S.T.,MT dan di ikuti oleh komunitas Arsitektur, Pengembang dan Mahasiswa.
Ketua Umum DPP Perkonindo Supriadi mengatakan kegiatan ini merupakan langkah awal bagaimana penanganan banjir di kota Makassar memberikan solusi berkelanjutan sehingga banjir yang terjadi minimal bisa dilakukan pencegahan.
"Kegiatan ini akan rutin kami lakukan sebagai upaya membantu pemerintah, karena jika berbicara soal banjir tentu seluruh stakeholder harus duduk bersama dan mencari solusi untuk menangani banjir," ujarnya
Supriadi juga mengatakan tidak hanya permasalahan banjir di Makassar yang akan di bahas di pertemuan rutin tetapi akan di angkat dalam diskusi tema yang sekiranya lagi tren atau yang perlu dan sedang menjadi perhatian di masyarakat
Dr. Eng. Ir. Mukhsan Putra Hatta memaparkan ada beberapa cara efektif yang mudah untuk dilakukan bersama-sama untuk mengatasi banjir, yakni
Membersihkan saluran air atau selokan dari sampah dan sedimen
Tidak mendirikan bangunan dibantaran sungai atau Kanal
Pengelolaan tata ruang khususnya bagi para pengembang properti
Edukasi publik seperti kesadaran menjaga lingkungan bersih bebas sampah
Tidak mengubah atau mengalih fungsi ruang terbuka hijau
"ini adalah langkah jangka pendek yang bisa dilakukan oleh semua pihak bukan saja pemerintah, sementara dalam hal ini Pemerintah bersama dinas terkait dan stakeholder mempersiapkan solusi inovatif untuk penanganan berkelanjutan," tambahnya.
Senada dengan hal itu, Dr. Ir Riswal Karamma mengungkapkan penanganan bantaran sungai dan kanal adalah kunci utama dalam strategi pengendalian banjir di Makassar, yang memiliki jaringan kanal dan sungai besar seperti Sungai Jeneberang dan Tallo. Jika tidak dikelola dengan baik, bantaran justru menjadi sumber masalah: sedimentasi, penyempitan, dan permukiman liar memperparah banjir.
Ia mengatakan mungkin ini dapat menjadi solusi dan dapat dilakukan bersama-sama seperti Kanal bisa menjadi zona penampung air hujan (retensi) dan bukan sekadar saluran buang, menambahkan pintu air otomatis dan sistem pengatur aliran berbasis sensor, Kanal Jongaya atau Tamalate, bisa difungsikan sebagai zona ekowisata air.