Rabu, 28 Juni 2023 12:09
Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas. (Foto: Kemenag)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, ARAFAH - Jemaah haji telah menyelesaikan prosesi wukuf di Arafah. Mereka selanjutnya mabit (menginap) di Muzdalifah dan Mina. Selama di Mina, jemaah akan melontar jamrah aqabah pada 10 Zulhijah, dilanjutkan jumrah ula, wusta, dan aqabah pada hari-hari tasyrik.

 

Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, melihat pelaksanaan wukuf di Arafah secara umum berjalan baik dan lancar. Namun, kondisi di Mina jauh lebih berat dibanding di Arafah. Sebab, jemaah akan tinggal lebih lama di tenda Mina. Selain itu, jika di Arafah jemaah hanya diam, di Mina ada aktivitas lontar jamrah.

"Sampai selesai wukuf, dilaporkan ada tujuh jemaah wafat di Arafah. Jika di Mina tidak dipersiapkan dengan betul, kejadian yang sama akan terulang, banyak jemaah yang tumbang, termasuk lansia. Kita tidak berharap," terang Menag Yaqut di Arafah sebelum berangkat ke Muzdalifah, Selasa (27/6/2023).

Baca Juga : Menteri Agama RI, Resmikan Wajo Sebagai Kota Wakaf di Indonesia

"Kita sedang siapkan skenario agar jemaah yang mayoritas lansia ini bisa beribadah dengan nyaman tanpa harus gugur kewajiban hajinya. Sebab, di fikih banyak alternatif sehingga mereka yang tidak mampu bisa dibadalkan lontar jumrahnya," sambungnya.

 

Menag Yaqut meminta Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menerapkan skema perlindungan, pelayanan, dan pembinaan dengan menyesuaikan kondisi fisik jemaah agar mereka tidak memaksakan.

"Jadi, yang benar-benar mungkin saja yang boleh lontar jumrah sendiri dan boleh tawaf ifadah sendiri. Lainnya, jemaah yang secara fisik tidak memungkinkan, saya minta lontar jumrahnya dibadalkan," tegasnya.

Baca Juga : Ini Penjelasan Kemenag Terkait Azan Magrib pada 5 September 2024

"Skenarionya badal, membadalkan jemaah yang tidak mampu. Jadi, intinya kita tidak mau jemaah ini dipaksakan kondisi fisiknya," imbuhnya.

Gus Men, panggilan akrabnya, meminta PPIH untuk segera mengidentifikasi jemaah yang harus dibadalkan. Ia juga minta petugas untuk siap membadalkan jemaah. "Saya kira kita memiliki petugas yang cukup untuk bisa membadalkan jemaah," ujarnya.

"Lempar jumrah itu, kan, satu orang bisa mewakili beberapa orang," sambungnya.

Baca Juga : Hasil Sidang Isbat: Pemerintah Tetapkan Iduladha 1445 H Jatuh pada 17 Juni 2024

Tidak Dipungut Biaya

Menag Yaqut menegaskan badal lempar jumrah itu sah secara fikih dan tidak dipungut biaya. Dengan begitu, jemaah tidak perlu khawatir.

"Tidak ada pungutan apa pun atas badal lontar jumrah," tegasnya.

Baca Juga : Kemenag Minta Jemaah Umrah Tinggalkan Arab Saudi Sebelum 29 Zulkaidah

"Bahkan, jemaah yang wafat dibadalhajikan oleh petugas, tanpa dipungut biaya. Demikian juga jemaah yang sakit dan tidak memungkinkan disafariwukufkan, juga dibadalhajikan, dan tidak dipungut biaya," lanjutnya.

Badal Lontar Jamrah

Praktik baik dilakukan tim konsultan dan bimbingan ibadah yang tergabung dalam safari wukuf. Ada lebih 200 jemaah yang disafariwukufkan. Mereka semuanya akan dibadalkan lontar jamrahnya, baik lontar jamrah aqabah maupun lontar jamrah pada hari-hari tasyrik.

Baca Juga : Terbagi 8 Kloter, PPIH Embarkasi Makassar Telah Berangkatkan 3.149 Jemaah Haji

"Kita sudah berembuk dan sepakat, setiap konsultan dan pembimbing ibadah, serta linjam dan petugas lainnya yang tergabung dalam tim safari wukuf akan membadalkan lontar jumrah jemaah safari wukuf," tutur konsultan ibadah Daker Makkah, Imam Khoiri.

"Kita sudah berbagi, rata-rata satu orang akan membadalkan lontar jumrah dari delapan jemaah," ungkapnya.

Imam menambahkan, khusus untuk jumrah aqabah, setelah dilaksanakan, tim safari wukuf akan berkoordinasi dengan tim kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Makkah agar jemaah bisa ditahalulkan.

BERITA TERKAIT