RAKYATKU.COM - Republik Afrika Tengah (CAR) tertarik untuk memiliki pangkalan militer Rusia di wilayahnya yang dapat menampung antara 5.000 dan 10.000 tentara.
Hal ini seperti disampaikan Duta Besar Republik Afrika Tengah untuk Rusia, Leon Dodonu-Punagaza.
"Negara kami adalah negara pertama di Afrika yang melawan Prancis," katanya dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh Izvestia pada hari Senin, menambahkan bahwa pangkalan militer Rusia akan membantu memperkuat CAR, dimana ancaman keamanan jangka panjang telah memburuk karena masuknya pengungsi dari Sudan yang dilanda perang.
Baca Juga : Timnas Jerman Juara Piala Dunia U-17 2023
Duta Besar memuji peran instruktur militer Rusia dalam memperkuat angkatan bersenjata negaranya dan menekankan pentingnya melanjutkan kerja sama militer-teknis, meskipun ditentang oleh beberapa negara.
"Dalam beberapa minggu terakhir, ketika Rusia mengirimkan enam pesawat militer kepada kami, Prancislah yang mulai membencinya, berteriak dan berteriak. Tapi ini bukan urusan kami; kami tertarik untuk bekerja sama dengan Rusia," kata Dodonu-Punagaza .
Pada Desember tahun lalu, 130 tentara Prancis terakhir dari misi logistik MISLOG-B meninggalkan ibu kota Bangui sebagai akibat dari ketegangan dengan Prancis atas kehadiran militer Rusia yang meningkat.
Baca Juga : Menteri Keuangan Prancis Dukung Presiden Macron Pada Sikap AS-China
Menurut Dodonu-Punagaza, bendera Rusia dikibarkan awal bulan ini di bekas pangkalan militer Prancis di Republik Afrika Tengah, menunjukkan bahwa CAR "akhirnya mengusir Prancis" dan siap bekerja sama dengan Moskow.
Dia menambahkan bahwa CAR "dengan serius mempersiapkan" KTT Rusia-Afrika kedua di St. Petersburg pada Juli, di mana Presiden Faustin-Archange Touadera akan hadir.
"Saya dapat memastikan bahwa presiden akan ambil bagian. Adapun isu-isu yang akan dibahas pada KTT, ini terutama masalah keamanan dan ekonomi," katanya.
Baca Juga : Bentrokan Terjadi Saat Unjuk Rasa Tolak Reformasi Pensiun di Prancis
Sumber: RT / 29 Mei 2023