RAKYATKU.COM, JAKARTA-- Rapat Dewan Komisioner, Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 28 Desember 2022 lalu, menilai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga sehingga dapat mempertahankan momentum peningkatan kinerja perekonomian nasional di tengah tingginya ketidakpastian global.
Sejalan dengan dinamika perekonomian global, indikator perekonomian domestik terkini menunjukkan kinerja ekonomi nasional mulai mengalami moderasi tetapi masih di level yang cukup baik, terlihat dari neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang masih berada di zona ekspansi, dan indikator konsumsi masyarakat yang tetap tumbuh positif.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam konferensi pers via Zoom, Senin (2/1/2023), mengatakan pengetatan kebijakan moneter global secara umum mensinyalkan peak kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan panjang.
Baca Juga : Forum Internasional OECD - IOPS sepakati Peningkatan Kolaborasi industri Dana Pensiun Global
” Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) konsisten tumbuh meningkat. Bank of japan (BoJ) juga mulai memperluas range flutuasi Japanese Government Bonds (JGB)10 Y yang dinilai pasar sebagai permulaan langkah normalisasi kebijakan ke depan, tuturnya.
Mahendra juga mengatakan Pemerintah Tiongkok mulai melakukan reopening ekonominya dari zeri Covid policg yang di perkirakan akan meningkatkan ketidakpastian di Tiongkok dalam beberapa waktu ke depan.
Perkembangan tersebut mendorong indikator perekonomian global secara umum dalan tren melemah.
Baca Juga : OJK Terbitkan Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) Triwulan II-2024
” Dinamika perekonomian globak sejalan dengan indikator perekonomian domestik terkinj menunjukkan kinerja ekonomj nasional mulai mengakamu mederasi tetapu masih di level yang cukup baik, terlihat dari neraca perdagangan yang terus mencatatkan surplus, Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang masih berada di zona ekspansu dan indikator komsumsi masyarakat, masih tumbuh positif, “ungkap Mahendra.
Bank Indonesia kembali meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps untuk menurunkan ekslektasi stabilitas nilai tukar, “tutup Mahendra.(*)