RAKYATKU.COM, LUWU TIMUR - PT Vale Indonesia Tbk. optimistis pemerintah akan memperpanjang kontrak karya pertambangannya yang akan habis pada 2025 mendatang. Bertahun-tahun menjalankan good mining practice atau praktik penambangan yang baik jadi alasan utama.
Chief Operating Officer (COO) PT Vale, Abu Ashar, mengatakan pihaknya secara intensif berkoordinasi dengan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengenai kelanjutan kontrak karya ke depan.
"Kami sangat confident untuk itu (perpanjangan kontrak karya). Tetapi, tentunya ada di ranah pemerintah untuk memutuskan," kata Ashar kepada awak media di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), Ahad (18/12/2022).
Baca Juga : PT Vale IGP Morowali Raih Penghargaan Indonesia Corporate Sustainability Award 2024
Ashar berujar, PT Vale senantiasa menjaga ekosistem alam dalam proses aktivitas tambang nikel di seluruh area operasi. Di Blok Sorowako, hal itu tetap terjaga mesti aktivitas tambang telah berlangsung selama kurang lebih 54 tahun atau sejak masih bernama PT Inco.
"Bisa kita lihat kunjungan pemerintah ke Sorowako, itu juga bagian dari upaya-upaya bahwa kami bukan cuma menceritakan. Tetapi, bagaimana mereka bisa melihat langsung di lapangan sehingga nanti dengan mudah akan mengambil keputusan," ucap Ashar yang merupakan putra asli Sulsel.
Ashar pun yakin pemerintah akan memperpanjang kontrak karya dengan melihat PT Vale yang konsisten menerapkan pertambangan berkelanjutan. Ada deretan program yang sedang berjalan dan telah disiapkan untuk membuktikan komitmen itu. Hal itu sebagai upaya nyata memenuhi semua kewajiban yang diamanatkan pemerintah
Baca Juga : PT Vale Perkuat Komitmen Iklim lewat Kemitraan Produksi Nikel Net-Zero di COP29
"Bagi kami, bagaimana bisa beroperasi dengan baik, menjaga lingkungan, menunjukkan sesuatu kepada masyarakat dengan pemerintah, tentu pada aksinya bagaimana pemerintah menilai kami untuk melakukan perpanjangan," tuturnya.
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), rencananya akan mengunjungi Blok Sorowako di Luwu Timur pada Januari 2023 mendatang. Ashar mengakui, hal itu sebagai "angin segar" dan menjadi bukti bahwa PT Vale mendapat penilaian baik dari pemerintah.
"Iya, walaupun tidak berkaitan langsung, tetapi ini hal yang luar biasa. Termasuk sebelumnya Pak Luhut (Luhut Binsar Pandjaitan/Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI) datang. Begitu dia lihat, 'Wah, di sini Sorowako bagus sekali, ya,'" ucap lelaki berkacamata ini.
Baca Juga : Presiden Prabowo Saksi Kolaborasi USD1,4 Miliar PT Vale dan GEM Co. untuk Pabrik Nikel Net-Zero
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel jadi salah satu pihak yang menginginkan kontrak karya PT Vale tidak diperpanjang dengan berbagai macam pertimbangan. "Penting bagi kami adalah melakukan operasi yang baik. Ya, kemudian nanti dilihat oleh masyarakat. Itu yang lebih penting. Mungkin juga Pemprov kalau datang secara dekat di sini, mungkin lebih bagus, ya," sebutnya.
Ashar juga menjawab pertanyaan awak media bagaimana seandainya kontrak karya PT Vale nantinya tidak diperpanjang dan harus angkat kaki dari area operasi. "Sangat disayangkan karena resources di sini cukup melimpah. Begitu sayangnya kalau harus diberhentikan," kata Ashar.
"Itupun kalau berhenti ada syaratnya. Lima tahun setelah itu adalah proses closing. Jadi, angkat kaki tidak tiba-tiba langsung angkat koper. Mana yang bisa dipertahankan, mana yang diserahkan ke pemerintah, mana yang harus dibongkar," tambahnya.
Baca Juga : Kementerian ESDM Jadikan PT Vale IGP Pomalaa Teladan Praktik Pertambangan Berkelanjutan
Sebagai informasi, PT Vale saat ini sudah memiliki satu fasilitas pengolahan dan pemurnian nikel di Sorowako dengan kapasitas 70.000 ton nikel matte. Perseroan juga merencanakan pembangunan tiga smelter baru. Pertama, fasilitas pengolahan nikel Reduction Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi 73.000 ton dalam bentuk FeNi (feronikel) di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Kedua, proyek pembangunan pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) Pomalaa yang berlokasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra), dengan potensi kapasitas produksi mencapai 120.000 ton.
Proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian komoditas nikel terintegrasi dengan penambangan di Sulteng dan Sultra ini telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional.
Baca Juga : PT Vale Adopsi Diesel Terbarukan HVO, Kurangi Emisi Karbon hingga 70%
Terakhir, rencana pembangunan pabrik HPAL yang merupakan proyek ekspansi smelter Sorowako dengan target kapasitas produksi sekitar 60 kiloton nikel.