RAKYATKU.COM, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi pada tahun 2022 akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan metode Kerangka Sample Area (KSA) yang digunakan oleh BPS, produksi padi tahun ini diperkirakan mencapai 55,67 juta ton gabah kering giling (GKG).
Bila perkiraan BPS tersebut tepat maka akan ada peningkatan sebesar 1,25 juta ton GKG.
Baca Juga : Bulan Agustus, BPS Catat Inflasi Sulsel 1,77 Persen
"Secara persentase meningkatnya sebesar 2,31 persen apabila dibandingkan tahun 2021 yang hanya sebesar 54,42 juta ton," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa pada Badan Pusat Statistik Setianto saat konferensi pers, Senin (17/10/2022).
Bila dikonversikan, maka produksi beras untuk untuk konsumsi pangan penduduk pada tahun ini diperkirakan sekitar 32,07 juta ton.
”Terdapat peningkatan sebanyak 718,03 ribu ton atau 2,29 persen dibandingkan produksi beras di 2021 yang sebesar 31,36 juta ton,” sebutnya.
Baca Juga : OJK dan BPS Umumkan Hasil SNLIK tahun 2024, Begini Temuan Surveinya
Peningkatan produksi padi tidak bisa dilepaskan dari peningkatan luas panen padi nasional. Setianto menyebutkan luas panen padi nasional tahun 2022 mencapai 10,61 juta hektare (ha).
Capaian luas panen tersebut menandakan akan adanya peningkatan sebesar 1,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya seluas 10,41 juta hektare.
Kenaikan tersebut didorong kenaikan luas panen pada 2022 secara year on year (Y-on-Y) yang berasal dari Provinsi Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.
Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone
"Ketiga provinsi tersebut masing-masing mengalami peningkatan sebesar 81,19 ribu hektar atau 5,06 persen," ujar Setianto dalam Berita Resmi Statistik, Senin (17/10/2022).
Dengan demikian, BPS memperkirakan luas panen padi di sepanjang 3 bulan ke depan, yakni Oktober-Desember mampu mencapai 1,91 juta ha, meningkat 0,27 juta hektar atau naik 16,45 persen.
Angka tersebut jauh lebih baik apabila dibandingkan dengan realisasi luas panen periode tahun lalu yang hamya 1,64 juta hektar.
Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel
"Jadi potensi 3 bulan ke depan ini memang perlu dijaga agar tidak terjadi penurunan yang signifikan dikarenakan kondisi iklim selama periode Oktober sampai dengan Desember nanti cukup intens," katanya.
Terkait hal ini, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa perluasan lahan panen terus dilakukan seiring kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Salah satunya adalah mengembangkan food estate yang tersebar di sejumlah provinsi.
Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran
"Food estate menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri melalui pendekatan ekstensifikasi, selain kita juga tetap berusaha meningkatkan produktivitas pertanaman padi," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan peningkatan produksi gabah pada tahun 2022 sebesar 2,31 persen dibanding 2021 ini berkat penerapan program terobosan.
Yakni peningkatan indek pertanaman, perluasaran areal tanam baru di lahan kering, peningkatan produktivitas, penggunaan benih unggul dan menggerakan pupuk alami.
Baca Juga : Indonesia Jalin Kerjasama Teknologi Pertanian dengan Iran
"Selain itu, program Kementan pun fokus pada menekan serangan hama penyakit dan dampak perubahan iklim, penerapan mekanisasi alsintan salah satunya melalui taksi alsin combine dan adanya program Komando Stratetegi penggilingan (Kostraling,- red) yang mengaktifkan penanganan pasca panen gabah sehingga beras yang dihasilkan berkualitas tinggi," tutur Suwandi.