Selasa, 14 Juni 2022 08:14
Bupati Barrru, Suardi Saleh, hadir dalam rembuk stunting di Aula Bappelitbangda Barru, Senin (13/6/2022).
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, BARRU - Penanganan stunting menjadi prioritas perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Barru. Terlebih, daerah ini tercatat berpredikat Kabupaten Kota Sehat selama dua tahun berturut-turut.

 

Data prevalensi stunting di Barru pada 2021 di angka 26,4 persen dari sumber Studi Status Gizi Indonesia (SSGI). Angka ini masih tergolong tinggi. Sementara, target nasional harus turun menjadi 14 persen. Indikator ini tercantum dalam RPJMN 2020-2024.

Menyiasati pengentasan stunting, berbagai stakeholder meluncurkan ragam inovasi penanganan stunting dalam rembuk stunting di Aula Bappelitbangda Barru, Senin (13/6/2022).

Baca Juga : Antusiasme Masyarakat Barru Tinggi, Berbaur Fest 2024 Siap Naik Kelas

Ada inovasi Pede Makessing (Pemerintah Desa dan Masyarakat Cegah Stunting) dari Dinas PMD, PPKB, dan PPPA yang mengalokasikan dana dalam APBDes dan kolaborasi KPM dan Tim Pendamping Keluarga.

 

Wisata posyandu milik dinas akan diselenggarakan masif. Program ini berbasis layanan yang didesain khusus melayani posyandu. Metode pendekatannya adalah menggunakan fasilitas bermain anak.

Lalu, Cinta dan Kepastian (Cegah Infeksi Stunting dengan Lima Pilar Sanitasi) dari Dinas PU dan PKP, yang menyasar kebersihan lingkungan rumah tangga.

Baca Juga : Berbaur Fest 2024 Sajikan Hiburan dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno Apresiasi

Kemudian, Mpok Darsi dari Dinas Sosial Barru. Kelompok ini dihadirkan untuk diperkenalkan ke publik, khusus untuk wilayah Kelurahan Sumpang Binangae, yang melibatkan anggota PKH turun membantu sosialisasi penanganan stunting.

Selain itu, TP PKK berinovasi dengan membuat makanan tambahan bagi anak-anak di bawah dua tahun yang terbuat dari telur selama dua bulan. Selain itu, pokja PKK membantu untuk membuat makanan pendamping ASI bagi balita.

Bupati Barru, Suardi Saleh, yang hadir pada kesempatan ini mengatakan untuk mencapai target pengentasan stunting, penerapan kerja kolaborasi adalah kunci keberhasilan. "Karena intervensi percepatan penurunan stunting, baik meliputi gizi spesifik ataupun gizi sensitif, punya kontribusi sebesar 70 persen dalam upaya penurunan stunting," ucap Suardi. (*)

Penulis : Achmad Afandy