Studi genetika mengungkapkan bahwa kerangka si pria mengandung DNA dari bakteri penyebab tuberkulosis, menunjukkan bahwa ia mungkin mengidap penyakit tersebut sebelum kematiannya. Fragmen tulang di dasar tengkoraknya mengandung DNA utuh yang cukup untuk mengetahui seluruh kode genetikanya.
Ini menunjukkan bahwa ia memiliki "penanda genetika"--atau titik referensi yang dapat dikenali dalam kode genetikanya--yang sama dengan beberapa individu lain yang tinggal di Italia selama zaman Kekaisaran Romawi.
Baca Juga : Ilmuwan Berhasil Uraikan Seluruh Genom Manusia
Namun, ia juga memiliki sekelompok gen yang biasa ditemukan pada orang-orang yang berasal dari Pulau Sardinia, menunjukkan mungkin ada tingkat keragaman genetika yang tinggi di Semenanjung Italia pada saat itu.
Prof. Scorrano mengatakan ada lebih banyak hal yang bisa dipelajari dalam studi biologi Pompeii--termasuk dari DNA lingkungan kuno, yang dapat mengungkapkan lebih banyak tentang keanekaragaman hayati pada saat itu.
"Pompeii seperti pulau Romawi," tambahnya. "Kita punya gambaran tentang satu hari di 79 SM."
Baca Juga : Berkat Teknologi Baru, Pembunuhan Gadis yang Mandek 30 Tahun Akhirnya Terpecahkan
Dr. Viva menambahkan bahwa setiap jasad manusia di Pompeii adalah "harta karun".
"Orang-orang ini adalah saksi bisu salah satu peristiwa sejarah paling terkenal di dunia," katanya. "Bekerja dengan mereka sangat emosional dan sungguh merupakan kesempatan yang sangat istimewa bagi saya." (*)
Sumber: BBC Indonesia
Baca Juga : Kedai Makanan Berusia 2.000 Tahun Ditemukan di Pompeii