Selasa, 19 April 2022 15:01
Roket asal Gaza ditembakkan ke wilayah Israel dan dicegat sistem pertahanan rudal Iron Dome. (Foto/Hadas Parush/Flash90)
Editor : Syukur Nutu

RAKYATKU.COM - Roket ditembakkan ke wilayah Israel pada hari Senin ketika ketegangan di sekitar situs suci Yerusalem memanas.

 

Roket tersebut berhasil dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome.

"Sirene terdengar di daerah sekitar Jalur Gaza," kata militer Israel, mengacu pada daerah kantong Palestina yang dikendalikan oleh kelompok Hamas.

Baca Juga : Dompet Dhuafa Terus Komitmen Bangun Fasilitas Medical Point untuk Kebutuhan Masyarakat Palestina

"Satu roket ditembakkan dari Jalur Gaza ke wilayah Israel. Roket itu dicegat oleh Sistem Pertahanan Udara Iron Dome," lanjut militer Israel dalam sebuah pernyataan seperti dikutip AFP, Selasa (19/4/2022).

 

Tak ada laporan korban yang menyusul penyerangan tersebut. Begitupun dengan pihak yang dianggap bertanggung jawab, belum ada yang mengaku.

Namun Israel menganggap Hamas bertanggung jawab atas semua tembakan roket dari Israel.

Baca Juga : Iran Berjanji Balas Pembunuhan Ismail Haniyeh oleh Israel

Insiden itu, yang pertama dari jenisnya sejak Januari, terjadi setelah akhir pekan kekerasan Israel-Palestina di dan sekitar kompleks Masjid Al-Aqsa, Yerusalem yang melukai lebih dari 170 orang, sebagian besar demonstran Palestina.

Kekerasan serupa di Yerusalem sekitar waktu yang sama pada tahun lalu memicu tembakan roket Hamas berulang kali ke Israel yang meningkat menjadi perang 11 hari.

Lonjakan ketegangan bertepatan dengan bulan suci Ramadhan dan Paskah Yahudi.

Baca Juga : Relawan Makassar Peduli Ajak Masyarakat Terus Bantu Warga Palestina

Kompleks Masjid Al-Aqsa dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount-situs tersuci dalam Yudaisme dan tersuci ketiga dalam Islam.

Orang-orang Palestina telah marah dengan kunjungan berulang kali ke situs tersebut oleh para peziarah Yahudi, yang sesuai aturan diizinkan masuk tetapi tidak boleh berdoa di sana.

Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett telah berulang kali menyatakan bahwa pasukan keamanan Israel memiliki "kebebasan" untuk menangani para demonstran.

Baca Juga : Kemenag dan Baznas kirim 10 Truk Bantuan Kemanusiaan untuk Palestina

Hamas telah memperingatkan pada hari Minggu bahwa Al-Aqsa adalah milik Palestina dan bersumpah untuk membela hak warga Palestina untuk berdoa di sana.

Tembakan roket dan bentrokan di Al-Aqsa terjadi setelah lonjakan kekerasan termasuk empat serangan mematikan sejak akhir Maret di negara Yahudi oleh warga Palestina dan Arab Israel yang merenggut 14 nyawa, sebagian besar warga sipil.

Sebanyak 23 warga Palestina tewas dalam kekerasan sejak 22 Maret, termasuk penyerang yang menargetkan warga Israel.

Baca Juga : Masyarakat Luwu Utara Kirim Donasi untuk Palestina

Mereka termasuk Hanan Khudur, seorang wanita Palestina berusia 18 tahun yang meninggal Senin setelah ditembak oleh pasukan Israel pekan lalu di Desa Faquaa, dekat kota Jenin.

Israel telah mengerahkan pasukan tambahan ke Tepi Barat yang diduduki dan telah memperkuat penghalang di wilayah itu.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Ned Price mengatakan pada hari Senin bahwa Amerika Serikat sangat prihatin tentang ketegangan dan bahwa pejabat senior AS telah berhubungan melalui telepon dengan rekan-rekan mereka dari Israel, Otoritas Palestina dan negara-negara Arab.

"Kami telah mendesak semua pihak untuk menjaga status quo bersejarah di kompleks Al-Aqsa dan menghindari langkah-langkah provokatif, katanya. Yordania pada hari Senin memanggil kuasa usaha Israel.

"Untuk menyampaikan pesan protes atas pelanggaran Israel yang tidak sah dan provokatif di Masjid Al-Aqsa yang diberkati", kata Kementerian Luar Negeri Yordania dalam sebuah pernyataan.

Yordania berfungsi sebagai penjaga tempat-tempat suci di Yerusalem timur termasuk Kota Tua yang diduduki Israel pada tahun 1967 dan kemudian dicaplok dalam sebuah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Bennett pada hari Senin mengecam apa yang disebutnya "kampanye hasutan yang dipimpin Hamas" dan mengatakan Israel melakukan segalanya untuk memastikan orang-orang dari semua agama dapat beribadah dengan aman di Yerusalem.
"Kami mengharapkan semua orang untuk tidak bergabung dengan kebohongan dan tentu saja tidak mendorong kekerasan terhadap orang Yahudi," katanya, mengacu pada Yordania.

Bennett juga menghadapi krisis politik di dalam negeri setelah koalisi ideologisnya yang berbeda kehilangan mayoritas satu kursinya di 120 kursi Knesset (Parlemen), hanya kurang dari setahun sejak dia dengan susah payah menyusun pemerintahan.

Pada hari Minggu, Raam, partai Arab-Israel pertama yang pernah menjadi bagian dari pemerintah Israel, mengatakan pihaknya "menangguhkan" keanggotaannya di koalisi pemerintah sebagai respons atas kekerasan di Yerusalem.


Sumber : Sindonews.com

BERITA TERKAIT