Kamis, 07 April 2022 18:39
Dmitry Peskov, Juru Bicara Kepresidenan Rusia (Mikhail Japaridze/TASS)
Editor : Usman Pala

RAKYATKU.COM, -- Amerika Serikat (AS) dan sekutunya di NATO telah secara teratur memasok senjata ke Ukraina sejak sebelum dimulainya operasi khusus Rusia, meskipun Moskow berulang kali memperingatkan bahwa ini akan mengakibatkan lebih banyak korban.

 

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pengiriman senjata yang berkelanjutan dari Barat ke Ukraina akan menghambat negosiasi antara Moskow dan Kiev.

“Memompa Ukraina dengan senjata dalam berbagai format tidak berkontribusi pada keberhasilan negosiasi Rusia-Ukraina. Dan, tentu saja, ini kemungkinan besar akan memiliki efek negatif,” kata Peskov kepada wartawan ketika ditanya bagaimana pandangan Kremlin terhadap keputusan senat, Kamis (7/4/2022).

Baca Juga : Tekanan Barat Mendekatkan Tiongkok dan Rusia

Awal pekan ini, Senat AS mengesahkan undang-undang bipartisan yang memberi wewenang kepada Presiden Joe Biden untuk mencapai perjanjian pinjam-meminjam dengan Ukraina.

 

Menurut ringkasan dokumen, RUU tersebut untuk sementara mengesampingkan persyaratan tertentu yang terkait dengan kewenangan Presiden untuk meminjamkan atau menyewakan artikel pertahanan jika artikel pertahanan ditujukan untuk pemerintah Ukraina dan diperlukan untuk melindungi warga sipil di Ukraina dari invasi militer Rusia.

Mengomentari pinjaman-sewa AS untuk Ukraina, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa AS dan sekutu NATO-nya telah lama bersiap untuk memasok senjata ke Ukraina.

Baca Juga : Rusia: Pemimpin Kelompok Wagner Dipastikan Tewas dalam Kecelakaan Pesawat

Awal pekan ini, The Times melaporkan, mengutip sumber-sumber pemerintah, bahwa Inggris sedang mempertimbangkan untuk mengirim kendaraan lapis baja ke Ukraina di tengah keyakinan bahwa tentara Rusia telah "kehabisan", sekarang karena operasi militer khusus telah memasuki hari ke-43.

Rusia memulai operasi khusus di Ukraina pada 24 Februari menyusul seruan dari republik Donetsk dan Lugansk yang memisahkan diri untuk melindungi penduduk sipil mereka di tengah penembakan intensif oleh pasukan Kiev. Menurut Presiden Vladimir Putin, operasi itu juga ditujukan untuk "demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina".

Sumber: Sputnik