"Dalam faktor lingkungan pun, koro benguk merupakan tanaman cover crop yang dapat tumbuh di lahan bekas penambangan batubara, dapat menaikkan pH tanah, meningkatkan ketersediaan N dalam tanah, dan juga sebagai tanaman konservasi yang dapat mengurangi erosi tanah," papar Soekam.
Untuk informasi, koro Benguk adalah tanaman tahunan yang merambat, dengan daun berbentuk lanceolate, dan bunga berwarna ungu atau putih. Polong koro benguk dilapisi bulu halus yang tipis, dalam tiap polong terdapat 4 smpai 6 biji. Warna biji terdiri dari putih, hitam, dan belang. Siklus hidup koro benguk berkisar antara 100 sampai 300 hari.
Baca Juga : Mentan RI Amran Tinjau Lokasi Sebelum Kunker Presiden Jokowi di Bone
Kemampuan adaptasi koro benguk cukup luas, toleran terhadap cekaman abiotik, seperti kekeringan, kemasaman maupun defisiensi unsur hara Koro benguk mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif dan dikembangkan di bidang kesehatan. Eksplorasi keragaman dan pemanfaatan Koro benguk perlu dilakukan di Indonesia. Pengembangan koro benguk di lahan-lahan suboptimal dan teknologi pascapanen perlu diteliti lebih dalam untuk meningkatkan pemanfaatan koro benguk.
Tanaman ini tidak dapat tumbuh baik di daerah dingin dan basah. Koro benguk mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif dan dikembangkan di bidang kesehatan.
Eksplorasi keragaman dan pemanfaatan koro benguk perlu dilakukan di Indonesia. Pengembangan koro benguk di lahan-lahan suboptimal dan teknologi pascapanen perlu diteliti lebih dalam untuk meningkatkan pemanfaatan koro benguk. (*)
Baca Juga : Mentan Serahkan Bantuan Pertanian Senilai Rp410 Miliar untuk Bencana di Sulsel