RAKYATKU.COM - Rusia mengatakan menyampaikan bahwa masih belum ada tanda-tanda terobosan dalam pembicaraan damai dengan Ukraina di tengah munculnya berbagai laporan bahwa Moskow melanggar janji akan mengurangi operasi militer di pinggiran Kyiv dan Chernihiv di Ukraina utara.
Kebuntuan itu terjadi sementara Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, berbicara pada Rabu (30/3/2022) dengan mitranya dari Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
"Kedua pemimpin membahas bagaimana Amerika Serikat bekerja sepanjang waktu untuk memenuhi permintaan bantuan utama keamanan dari Ukraina, dampak penting dari senjata itu terhadap konflik, dan upaya lanjutan oleh Amerika Serikat dengan sekutu dan mitra dalam upaya mengidentifikasi kemampuan tambahan untuk membantu militer Ukraina mempertahankan negaranya," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga : Tekanan Barat Mendekatkan Tiongkok dan Rusia
"Presiden Biden memberi tahu Presiden Zelenskyy bahwa Amerika Serikat hendak memberikan bantuan anggaran langsung kepada pemerintah Ukraina sebesar USD500 juta," tambah Gedung Putih. Dikatakan bahwa pemimpin Ukraina itu melaporkan perkembangan terkini kepada Biden tentang status negosiasi.
Seruan dan kebuntuan dalam pembicaraan perdamaian itu terjadi sementara informasi intelijen yang tidak lagi masuk klasifikasi rahasia menunjukkan invasi Rusia selama lebih dari sebulan ke Ukraina menyebabkan keretakan antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan para penasihat militer seniornya.
"Sekarang ada ketegangan terus-menerus antara Putin dan Kementerian Pertahanan," kata seorang pejabat AS. Ia berbicara dengan syarat anonim untuk membahas informasi tersebut.
Baca Juga : Rusia: Pemimpin Kelompok Wagner Dipastikan Tewas dalam Kecelakaan Pesawat
"Penasihat seniornya terlalu takut untuk mengatakan yang sebenarnya kepadanya,"
kata pejabat itu. Ia menambahkan bahwa informasi intelijen menunjukkan para pembantu Putin telah memberinya informasi yang salah tentang kemajuan pasukan Rusia serta dampak sanksi terhadap ekonomi Rusia.
Intelijen militer Inggris juga memberikan indikasi lebih lanjut tentang militer Rusia yang kewalahan. (*)
Sumber: VOA Indonesia