RAKYATKU.COM - Lisala Folau, salah seorang korban selamat dari terjangan tsunami di Tonga, negara kepulauan di Samudra Pasifik, menuturkan bagaimana dirinya bertahan.
Folau bertahan hidup selama 27 jam setelah terseret ke laut. Warga Tonga itu hanya bisa menggunakan lengannya untuk mencoba selamat. Dia adalah penyandang disabilitas dan tidak bisa berjalan normal.
Folau menuturkan, gelombang laut membuanya terpisah dengan keponakannya. Dia mengaku sangat takut namun mencoba untuk tetap tenang.
Baca Juga : Persatuan Penyandang Disabilitas Luwu Utara Gelar Muscab
Dengan batang kayu, Folau akhirnya bisa mencapai pulau utama, Tongatapu, setelah selama sembilan kali dibenamkan gelombang laut.
Dia tinggal di Pulau Atata. Jarak total Atata dengan Tongatapu sekitar 13 kilometer dan di antara dua pulau ini ada dua pulau lain yang tak berpenghuni.
"Jujur saja, saya takut. Tetapi, saya yakin dengan kuasa Tuhan, Tuhan akan menyelamatkan saya. Ketika gelombang datang, gelombang ini mengangkat dan menyeret saya ke laut," kata Folau.
Baca Juga : 19 Titik GraPARI di seluruh Indonesia Siap Melayani Kebutuhan Disabilitas Teman Tuli
Saat itu, pada Sabtu (15/01/22), ia sedang bersama keponakannya. Saat diseret gelombang pada Sabtu malam, keduanya saling berpegangan, tetapi terlepas saat berada di laut.
"Kami terpisah, kami tak bisa melihat satu sama lain. Namun, kami bisa saling mendengar, kami saling berteriak," katanya.
"Saat berada di laut, saya mencoba tetap tenang. Saya sangat yakin dengan kekuasaan Tuhan. Saya pemeluk Kristen. Saya yakin Tuhan memberi saya kekuatan untuk bertahan hidup," ujar Folau.
Baca Juga : 19 Titik GraPARI di seluruh Indonesia Siap Melayani Kebutuhan Disabilitas Teman Tuli
"Tuhan juga memberi kesempatan saya untuk hidup. Selain itu, keinginan kuat untuk melihat lagi keluarga saya juga mendorong saya untuk tidak menyerah," katanya.
Tentu bukan perjuangan yang mudah. Bekas tukang kayu ini menuturkan bagaimana ia dibenamkan gelombang laut berulang kali.
"Saat berada di air, saya ingat saya terbenam delapan kali. Saya penyandang disabilitas, kaki saya tak bisa berfungsi sempurna. Setiap kali terbenam, saya selalu mencoba untuk mengapung lagi untuk mendapatkan udara," kata Folau.
Baca Juga : 19 Titik GraPARI di seluruh Indonesia Siap Melayani Kebutuhan Disabilitas Teman Tuli
Namun, gulungan gelombang seakan tak pernah berhenti. Gelombang ini terus saja membenamkan dirinya.
Saat dibenamkan untuk kedelapan kalinya, ia berpikir jika gulungan gelombang datang lagi, maka dirinya akan habis kareba satu-satunya anggota tubuh yang bisa ia gerakkan untuk menyelamat diri hanya dua lengannya.
Dua lengan inilah yang bisa membuatnya terapung lagi. Ia juga berpikir untuk mencari cara agar selamat.
Baca Juga : 19 Titik GraPARI di seluruh Indonesia Siap Melayani Kebutuhan Disabilitas Teman Tuli
"Jadi, saat saya terbenam lagi untuk kesembilan kalinya, saya mengapung lagi dan saya melihat ada batang kayu, lalu saya langsung sambar kayu tersebut," kata Folau.
Ketika berjuang menyelamatkan diri di laut, ia sempat mendengar anaknya berteriak memanggil namanya. Anaknya berada di darat.
"Saya tak menjawab teriakannya karena saya tahu, kalau saya menjawab ia pasti akan terjun ke laut untuk menyelamatkan saya. Padahal ketika itu, terjangan gelombang masih terjadi. Saya mencoba bertahan dengan berpegangan ke balok kayu," katanya. (*)
Baca Juga : 19 Titik GraPARI di seluruh Indonesia Siap Melayani Kebutuhan Disabilitas Teman Tuli
Sumber: BBC Indonesia