Jumat, 24 Desember 2021 10:05
Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Foto: Bloomberg)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Direktur Jenderal Organisai Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa program booster atau pemberian dosis penguat vaksin COVID-19 tidak akan mengakhiri pandemi global secara tuntas.

 

Sebaliknya, ia menilai bahwa program tersebut akan memperpanjang pandemi. Itu karena negara-negara miskin harus berjuang keras untuk memvaksinasi penduduk mereka akibat ketidaksetaraan akses terhadap vaksin.

Sementara pejabat kesehatan Amerika Serikat (AS) mendesak warganya yang berusia diatas 16 tahun untuk mendapatkan suntikan booster sebagai tindakan pencegahan atas merebaknya varian virus corona baru Omicron, banyak negara hingga kini belum memberikan dosis awal vaksin COVID-19 kepada sebagian besar penduduk mereka.

Baca Juga : WHO Akhiri Status Darurat Kesehatan Global Covid-19

Negara-negara kaya menganggap program suntikan booster sebagai jawaban atas penyebaran cepat dari varian terbaru virus corona itu. Namun, dalam konferensi pers pada Rabu (22/12/2021), Tedros mengatakan bahwa dengan melakukan hal itu justru akan menimbulkan efek sebaliknya.

 

"Program booster kemungkinan dapat memperpanjang pandemi dan bukan mengakhirinya. Karena pasokan dialihkan ke negara-negara yang sudah punya cakupan vaksinasi yang luas sehingga memberi virus lebih banyak peluang untuk menyebar dan melakukan mutasi," katanya.

Menurut Pusat Data COVID-19 dari Johns Hopkins University, kini terdapat lebih dari 276 juta infeksi COVID-19 di seluruh dunia dan 5,3 juta kematian yang diakibatkan oleh virus tersebut.

Baca Juga : Mulai dari Pelaksanaan Vaksinasi hingga Penampilan Artis Ibu Kota Semua Ada di Bosowa Expo 2023

AS memimpin dengan lebih dari 51 juta kasus terkonfirmasi dan 810 ribu kematian.

Tedros menekankan, ketidaksetaraan akses terhadap vaksin ini akan menyebabkan pandemi berlangsung terus-menerus. Negara-negara yang mengalami kesulitan akses terhadap dosis awal vaksin akan menjadi tempat subur bagi varian virus.

Sebagai contoh, para pakar kesehatan memperingatkan bahwa kemunculan varian Omicron berkaitan dengan ketidaksetaraan akses terhadap vaksin, menurut NBC News.

Baca Juga : WHO: Korban Tewas Gempa Turki-Suriah Bisa Capai 20 Ribu Jiwa

Infeksi akibat varian ini diduga muncul dari pasien HIV Afrika Selatan, dimana hanya 26 persen penduduknya telah mendapatkan vaksin dosis penuh.

Sumber: VOA Indonesia