RAKYATKU.COM – Ada hikmah di balik penembokan rumah tahfiz Al-Qur'an di Makassar. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno langsung menawarkan diri jadi donatur tetap.
"Saya siap menjadi donatur tetap dan bisa juga memfasilitasi untuk membantu menghadirkan office atau tempat," sebut Sandiaga Uno dalam silaturahmi virtual bersama pengelola, Senin (26/7/2021).
Sandiaga menyebut, para santri di Rumah Tahfiz Qur'an Nurul Jihad tersebut adalah aset bangsa. Sehingga patut dipelihara bahkan dikembangkan. Sandiaga mengaku mendukung secara penuh kegiatan di sana.
Baca Juga : Tembok yang Tutup Akses Rumah Tahfiz oleh Anggota DPRD Pangkep Dirobohkan
“Mereka adalah salah satu yang bisa membangkitkan ekonomi umat, karena mereka adalah teladan,” lanjut mantan calon wakil presiden RI ini.
Sandiaga Uno hadir dalam silaturahmi virtual bersama anggota DPR RI Komisi XI, Kamrussamad. Legislator asal Partai Gerindra itu berasal dari Pangkep. Dia sahabat Sandiaga Uno sejak lama.
Kamrussamad pula yang menjembatani Sandiaga untuk bersilaturahmi dengan pengelola rumah tahfiz tersebut yang berlokasi di Kelurahan Masale, Kecamatan Panakkukang, Makassar.
Baca Juga : Anggota Dewan Tutup Akses Masuk Pondok Tahfiz, Senator Tamsil Linrung Angkat Bicara
Pengelola Rumah Tahfiz Nurul Jihad, Abdul Wasid sempat menjelaskan awal mula insiden penembokan.
"Anak-anak dituduh buang sampah sembarang. Anak-anak dilarang bermain di lokasi tersebut. Dilarang membaca Qur'an dengan suara besar. Dilarang jemur pakaian di lokasi. Semua hal itu menjadi penyebab marahnya anggota dewan. Dimana itu menjadi fasilitas umum artinya anggota dewan itu tak berhak melarang anak beraktivitas," katanya kepada Menteri Sandiaga.
Oknum anggota DPRD tersebut, katanya, sempat melontarkan cacian dan hinaan. Lebih parah, bahkan sempat melakukan pengancaman dengan senjata tajam.
Baca Juga : Pemilik Rumah yang Menembok Pondok Tahfiz di Makassar karena Dianggap Berisik Ternyata Anggota DPRD
"Menghina dan memaki dan mengintimidasi dan mengancam anak-anak dengan senjata tajam berupa parang panjang. Sehingga kami melaporkan ke lurah dan camat dan laporkan ke polisi. Setelah dilaporkan, anggota dewan kemudian tembok akses rumah tahfiz setinggi dua meter agar tidak bisa lewat. Warga marah dan mendukung kami," tambahnya.
Rumah tahfiz itu dihuni 51 santri. Terdiri atas 35 putra dan 16 putri.
“Sejauh ini yang masih mengantre ada sebanyak 87 calon santri. Mereka menunggu karena saat ini rumah tahfiz Nurul Jihad belum bisa menampung mereka," sebut Wasid.
Baca Juga : Bupati Pangkep Rencana Bangun Rumah Tahfiz Al-Qur'an di Pulau Salemo
Sandiaga mengatakan, saat mendapatkan informasi tersebut dia langsung menghubungi Kamrussamad.
"Terima kasih Pak Kamrussamad. Melalui organisasinya bisa menghubungkan kita. Saya terkejut baca berita. Sangat terkejut, saya hubungi Pak Kamrussamad karena saya kira bisa atur dan alhamdulilah kita bisa silaturahmi. Insiden yang terjadi akan memperkuat. Kita tidak boleh membenci atau suuzon ke rekan kita yang mungkin saja hilaf," kata Sandiaga.
Selain itu Sandiaga juga mengingatkan untuk saling memaafkan jika terjadi kesalahpahaman. Ia pun bersedia untuk menjadi donatur tetap dan membantu menyediakan kantor untuk mengelola administrasi guru dan santri.