RAKYATKU.COM,MAKASSAR -- Lambatnya SK kepengurusan Partai Golkar Makassar di bawah kendali Munafri Arifuddin selaku ketua terpilih menuai banyak komentar.
Pengamat politik Sulsel, Arif Wicaksono menganalisa terkait lambatnya SK pengurus yang dinilai sarat intervensi.
Menurutnya, kepengurusan DPD II Partai Golkar Makassar sebenarnya domain ketua Golkar Makassar sebagai ketua formatur terpilih hasil Musda Maret 2021. Dalam hal ini Munafri Arifuddin alias Appi.
Baca Juga : Kurangi Risiko Banjir, Wali Kota Makassar Dorong Pengerukan Kanal dan Drainase
Berdasarkan mandat itu, Appi memiliki hak prerogatif untuk menyusun komposisi pengurusnya berdasarkan visi dan misinya yang tertuang dalam dokumen pendaftaran menjelang musda yang lalu.
Tidak hanya itu, Appi juga dituntut Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel, Taufan Pawe untuk menambah jumlah kursi DPRD. Juga meningkatkan performa partai dalam rangka rencana pencapaian tujuan politik di event Pemilu serentak 2024.
Artinya, dengan begitu banyak dan beratnya target partai, maka Appi pasti membutuhkan bukan hanya kader yang bagus komunikasi politiknya, tapi juga figur yang punya semangat lebih daripada figur lainnya.
Baca Juga : Appi Dorong Pembangunan Jalur Transportasi Terintegrasi dan Ramah Lingkungan di Makassar
Sebagai ketua partai, Appi harus benar-benar rasional dalam mengambil keputusan terkait formasi kepengurusan Partai Golkar Makassar untuk dapat mewujudkan visi, misi, dan tujuan partai ke depan.
Namun, tentu tidak mudah bagi Appi untuk memilih figur-figur personel yang akan mendampingi. Mengingat secara organisasional, Appi harus mengakomodasi kepentingan beberapa faksi di internal Golkar.
Menurut Arif, Appi Butuh figur yang punya rekam jejak yang baik. Oleh karena itu, akademisi FISIP Universitas Bosowa ini berharap Appi bisa merdeka dari tekanan dan manuver kader atau figur yang ingin menggiringnya untuk memilih si A atau si B dalam proses pengambilan keputusan.
Baca Juga : Pemkot Makassar Pastikan Stabilitas Pangan dan Keamanan Jelang Idulfitri 1446 H
"Harus ditimbang betul, siapa figur yang tepat pada posisi dan waktu yang tepat pula. Akomodasi yes, intervensi no," tutup Arif.