RAKYATKU.COM - Pansus LKPj gubernur tahun 2020 dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulsel dibuat heran dengan pembangunan Bendungan Lalengrie di Kabupaten Bone.
Bagaimana tidak, pembangunan dengan alokasi anggaran Rp61 miliar tersebut ternyata berada di tengah hutan dan jauh dari persawahan. Dengan demikian dibutuhkan lagi pompa untuk mendorong air ke pegunungan.
Ketua Komisi D, Rahman Pina terus terang merasa gusar dengan proyek tersebut. Dia bilang, proyek tersebut disebutkan berpotensi menimbulkan persoalan di kemudian hari.
Baca Juga : Ratusan Mahasiswa Merangsek Masuk ke Pelataran Gedung DPRD Sulsel, Tolak Revisi UU Pilkada
"Ini bisa jadi bom waktu. Hampir semua kegiatan dari pinjaman dana PEN bermasalah. Selain pekerjaan yang terancam mangkrak juga manfaat dari kegiatan yang menghabiskan dana triliunan itu,” kata Rahman Pina, Rabu (28/4/2021).
Bahkan sejumlah proyek yang sempat dikunjungi di Bone pun menjadi tanda tanya. Sebagai contoh Bendungan Lalengrie, Bendungan Waru-Waru, bantuan pembangunan RS Regional Bone, hingga Islamic Center yang ternyata dibangun di ibu kota kecamatan.
"Kami sudah tugaskan Inspektorat untuk melakukan pemeriksaan khusus. Bahkan kalau tidak juga memuaskan, kita akan minta APH turun tangan,” tambahnya.
Baca Juga : Ketua DPRD Sulsel Dampingi Pj Gubernur Prof Zudan Kunjungan Operasi Pasar Jelang Iduladha
Legislator Partai Golkar ini mengatakan, Bendungan Lalengrie yang berada di atas gunung tersebut tidak akan berfungsi maksimal sebagaimana yang diinginkan. Bahkan ia menyebut, pembangunan tersebut bukan lagi pembangunan bendungan melainkan kolam penampungan air.
"Dengan membuat di atas gunung, bukan bendungan lagi namanya, tapi kolam penampungan air di atas gunung," sebut mantan anggota DPRD Makassar tersebut.
Ady Ansar, anggota Pansus LKPj DPRD Sulsel lainnya mengatakan, dengan posisi bendungan yang tidak biasa tersebut dibutuhkan banyak hal agar bisa berfungsi.
“Ini luar biasa. Untuk pertama kalinya Pemprov (Sulsel) membangun bendungan di atas pegunungan. Selain tak ada air, di tengah hutan pula sehingga membutuhkan pompa besar untuk mendorong air ke atas,” katanya.
Dengan posisi bendungan yang tidak biasa tersebut, ia mengatakan besarnya anggaran yang disiapkan untuk pembangunan dari dana pinjaman belum bisa dipastikan proyek tersebut bisa akan selesai.
"Jelas biaya operasionalnya sangat besar. Dari hasil evaluasi kita di komisi, mereka pun ragu selesai,” tambah Ady Ansar.