RAKYATKU.COM -- Semua sepakat melanjutkan pembangunan Stadion Mattoanging. So, kenapa tidak langsung dieksekusi? Ternyata, anggarannya belum tersedia.
Padahal, Rp200 miliar sudah melayang tahun lalu. Bersumber dari APBD Provinsi Sulsel. Uang itu digunakan untuk membiayai detailed engineering design (DED).
Nurdin Abdullah, gubernur Sulsel nonaktif, awalnya berencana membangun Stadion Mattoanging lewat dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Statusnya pinjaman. Dulu bunganya nol persen.
Baca Juga : Ratusan Mahasiswa Merangsek Masuk ke Pelataran Gedung DPRD Sulsel, Tolak Revisi UU Pilkada
Belakangan, April 2021, ada surat dari Kementerian Keuangan. Dana PEN sekarang berbunga 6 persen. Pembangunan Stadion Mattoanging butuh Rp1,2 triliun. Kalau opsi ini diambil, maka utang itu akan membebani masyarakat.
"Kalau saya jangan lah. Jangan bebani rakyat. Ini pendapat pribadi," kata anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Sulawesi Selatan (Sulsel), Ariady Arsal.
Mantan anggota DPRD Sulsel dari Fraksi PKS itu berharap pemerintah mengambil opsi lain. Jangan dalam bentuk utang. Berbunga besar pula.
Baca Juga : Ketua DPRD Sulsel Dampingi Pj Gubernur Prof Zudan Kunjungan Operasi Pasar Jelang Iduladha
Anggota DPRD Sulsel dari Fraksi Partai Demokrat, Haidar Madjid sependapat. Masih ada dua opsi lain yang bisa ditempuh. Menggunakan APBD murni atau melibatkan pihak ketiga.
Sudah banyak pengalaman Pemprov Sulsel sebelumnya. Hotel The Rinra, salah satunya. Statusnya, bangun guna serah. Seluruh biaya pembangunannya ditanggung pihak ketiga.
Sesuai perjanjian, pihak ketiga mengelola The Rinra selama 30 tahun. Setelah itu baru diserahkan kepada Pemprov Sulsel. Ini salah satu langkah tercepat untuk membangun Stadion Mattoanging.
Opsi lainnya sedikit lebih lama. Butuh 2-3 tahun. Yakni menggunakan APBD murni. Tidak mungkin Rp1,2 triliun digelontorkan untuk bangun stadion dalam satu tahun.
Secara prinsip, Haidar Madjid menegaskan bahwa Stadion Mattoanging harus dilanjutkan pembangunannya. Bagaimana pun caranya.