Sabtu, 06 Februari 2021 18:02

Ekonomi Indonesia Minus 2,07 Persen, Pemerintah Nilai Ada Sinyal Positif

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Sinyal positif itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi dari antarkuartal pada 2020 yang kontraksinya makin mengecil.

RAKYATKU.COM - Pemerintah menilai terdapat sinyal positif pemulihan ekonomi nasional meskipun pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi 2,07 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,07 persen sepanjang 2020 dibandingkan 2019.

Dari sisi produksi, Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi di sektor transportasi dan pergudangan. Sedangkan dari sisi konsumsi hampir semua komponen terkontraksi, dengan ekspor barang dan jasa menjadi komponen yang terkontraksi paling dalam.

Baca Juga : Pemprov Sulsel Jadikan Bantaeng Percontohan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan keempat 2020 dibandingkan triwulan ketiga 2020 mengalami kontraksi 0,42 persen. Sedangkan triwulan keempat 2020 dibandingkan triwulan keempat 2019 terkontraksi 2,19 persen," jelas Suhariyanto dalam konferensi pers daring, Jumat (5/2/2021).

Suhariyanto menambahkan, lembaganya juga mencatat terjadi inflasi sebesar 1,68 persen apabila dibandingkan Desember 2019. Namun, realisasi anggaran belanja negara (APBN) pada triwulan empat 2020 naik menjadi Rp732,74 triliun dibandingkan Rp702,74 triliun pada 2019.

Realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM selama triwulan empat 2020 juga mengalami kenaikan 2,7 persen menjadi Rp214,7 triliun. Sebaliknya dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, mengalami penurunan 88,45 persen menjadi 462,47. Hal ini dikarenakan pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap sektor pariwisata dan industri turunannya seperti hotel dan restoran.

Baca Juga : Legislator PKB Beber Penyebab Ekonomi Bantaeng Cetak Sejarah Baru di Sulsel

"Kita melihat betapa besarnya dampak pandemi ke pariwisata. Jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia turun drastis," tambahnya.

BPS juga mencatat konsumsi pemerintah terutama belanja barang dan jasa menguat dari Rp125,77 triwulan keempat 2019 menjadi Rp192,34 triliun pada triwulan keempat 2020.
Namun, untuk belanja perjalanan dinas mengalami penurunan karena terdampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan bekerja dari rumah.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menilai terdapat sinyal positif pemulihan ekonomi nasional meskipun pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi 2,07 persen.

Baca Juga : 2022, Ekonomi Luwu Utara Tumbuh Jadi 4,54 Persen

Itu dilihat dari pertumbuhan ekonomi dari antar kuartal pada 2020 yang kontraksinya makin mengecil.

"Tentu ini terus diperhatikan dan perbaikan ini tidak lepas dari intervensi yang dilakukan pemerintah. Dan Konsumsi pemerintah mencapai 1,76 persen (yoy)," jelas Airlangga.

Airlangga menambahkan realisasi Program Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PCPEN) sebesar Rp 579,78 triliun, sedangkan realisasi APBN mencapai 94,6 persen. Menurutnya, pencapaian tersebut telah meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Hal ini mengakibatkan konsumsi RT hanya terkontraksi sebesar 3,61 persen dibandingkan 2019.

Baca Juga : Laju Pertumbuhan Ekonomi Bantaeng Cetak Sejarah di Sulsel

Di saat yang sama, kata Airlangga, produsen telah merespon perbaikan permintaan domestik dengan meningkatkan investasi, sehingga Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) triwulan keempat hanya terkontraksi sebesar 6,15 persen, lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya -6,48 persen.

“Berbagai sektor usaha mulai mengalami perbaikan kinerja akibat membaiknya permintaan domestik. Di saat yang sama, optimisme pemulihan permintaan global juga mendorong peningkatan sektor usaha dalam negeri, seperti industri pengolahan dan pertanian,” tambahnya.

Airlangga memperkirakan momentum pemulihan ekonomi akan terus berlanjut pada 2021 sehingga ekonomi Indonesia akan kembali tumbuh di kisaran 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen yang didukung peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor.

Baca Juga : Makassar Catat Pertumbuhan Ekonomi 5,40 Persen di 2022, Lampaui Provinsi dan Nasional

Sumber: VOA Indonesia

#pertumbuhan ekonomi