RAKYATKU.COM - Filin 5p-42 dianggap salah satu teknologi baru buat Rusia dalam bidang alutsista. Pasalnya senjata ini bakal menembakkan laser kepada musuh. Laser ini tidak bersifat destruktif kepada lawan, karena tidak mengakibatkan kerusakan fisik.
Pada momen itu, militer Rusia nantinya akan melakukan serangan balik sehingga dapat mengubah keadaan. Rencananya, Filin akan dipasang di dua kapal selam milik Rusia dan siap kapan saja jika ingin dibawa ke medan tempur. Pengembangan teknologi ini juga lumayan lama namun bisa dilihat sendiri kalau hasilnya juga luar biasa.
Siapa sangka kalau hasil uji coba teknologi ini bahkan melampaui ekspektasi awal. Filin sejatinya digunakan hanya untuk mengaburkan pandangan, namun ternyata beberapa subyek mengalami efek lebih. Filin 5p-42 bahkan memberikan efek mual, hingga halusinasi kepada target yang ditembakkan sinar laser ini.
Para subyek mengaku melihat bola putih yang berputar-putar saat terkena laser. Alhasil banyak dari subyek itu yang jadi kebingungan dan linglung saat terkena Filin. Hal ini tentunya jadi sebuah berita bagus buat Rusia, karena dengan ini mereka bisa memperkuat persenjataannya.
Keberadaan Filin ini ternyata juga jadi momok buat Amerika Serikat. Bagaimana tidak, pasalnya dua negara adidaya ini memang dari dulu adalah saingan abadi dalam masalah pengembangan senjata. Teknologi ini belum ada di USA sana, sehingga sempat membuat negeri Paman Sam geram.
Nama Filin sendiri sebenarnya berarti Burung Hantu Elang, yang tugasnya adalah memecah konsentrasi lawan. Alhasil USA melakukan beberapa pengembangan lain dalam masalah persenjataan, salah satunya adalah dengan membuat tentara super layaknya film Captain Amerika seperti yang sempat diisukan media internasional beberapa waktu yang lalu. Meskipun masih butuh banyak waktu untuk pengembangan biar bisa sempurna.
Meskipun kehebatan senjata bernama Filin ini memang jempolan, namun itu bukan ancaman utama bagi Amerika. Satu hal yang dari dulu jadi mimpi buruk Negeri Paman Sam ini adalah masalah nuklir yang terus dikembangkan oleh Rusia. Pasalnya sejak 1987, Rusia menarik diri dari Perjanjian Nuklir Jarak Menengah (INF) dikutip dari boombastis.com.
Ditambah lagi Presiden Amerika Serikat tahun 2020 juga menarik diri pula dari perjanjian tersebut dan membuatnya jadi semakin panas. Kedua negara sama-sama bebas dalam melancarkan serangan nuklir kalau saja skenario terburuk harus terjadi.
