RAKYATKU.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memasukkan produsen ponsel pintar Tiongkok, Xiaomi Corp, dan perusahaan minyak nasional terbesar ketiga di Tiongkok ke dalam daftar hitam karena adanya dugaan hubungan militer.
Hal itu menambah tekanan pada Beijing pada saat pekan terakhir Presiden Donald Trump masih menjabat.
Departemen Pertahanan, sebagaimana dilansir dari Associated Press, Senin (18/1/2021), menambahkan sembilan perusahaan ke dalam daftar perusahaan Tiongkok yang memiliki hubungan militer, termasuk Xiaomi dan produsen pesawat milik negara, Commercial Aircraft Corp of China (Comac).
Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina
Perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Trump November lalu mengharuskan investor AS melepaskan saham mereka di perusahaan Tiongkok pada November tahun ini.
Xiaomi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa produknya adalah untuk penggunaan sipil dan komersial dan mengatakan tidak dimiliki, dikendalikan ,atau berafiliasi dengan militer Tiongkok.
"Perusahaan akan mengambil tindakan yang sesuai untuk melindungi kepentingan perusahaan dan pemangku kepentingannya," bunyi pernyataan itu, meskipun Xiaomi tidak menjelaskan secara rinci tentang tindakan tersebut.
Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas
Menurut data Gartner, Xiaomi Corp. menggeser posisi Apple Inc. sebagai perusahaan peringkat ketiga di dunia terkait penjualan pada kuartal ketiga 2020.
Pangsa pasar Xiaomi tumbuh karena penjualan Huawei menurun setelah dimasukkan dalam daftar hitam oleh AS dan ponsel cerdasnya diputus dari layanan penting Google.
Secara terpisah, Departemen Perdagangan memasukkan China National Offshore Oil Corp. (CNOOC) ke dalam daftar hitam ekonomi yang melarang perusahaan AS mengekspor atau mentransfer teknologi dengan nama perusahaan tersebut, kecuali izin telah diperoleh dari pemerintah AS.
Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin
Langkah itu dilakukan setelah sekitar 60 perusahaan Tiongkok ditambahkan ke dalam daftar hitam pada bulan Desember, termasuk pembuat drone DJI dan perusahaan semikonduktor SMIC.
CNOOC terlibat dalam kegiatan pengeboran lepas pantai di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan. Beijing mengklaim teritorial tersebut yang tumpang tindih dengan negara lain, sejumlah termasuk Vietnam, Filipina, Brunei, Taiwan, dan Malaysia.
"Tindakan sembrono dan agresif China di Laut China Selatan dan dorongan agresifnya untuk memperoleh kekayaan intelektual dan teknologi yang sensitif untuk upaya militerisasinya, merupakan ancaman bagi keamanan nasional AS dan keamanan komunitas internasional," kata Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga : Kolombia Usir Tokoh Oposisi Venezuela yang Didukung AS
Seorang juru bicara CNOOC mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka akan terus memantau kemajuan, mengakui bahwa perusahaan tersebut telah dimasukkan dalam daftar hitam.
Perusahaan milik Tiongkok, Skyrizon juga ditambahkan ke daftar hitam ekonomi, atas dorongannya untuk memperoleh dan mempribumikan teknologi militer asing.
Beijing Skyrizon Aviation, yang didirikan oleh taipan Wang Jing, menuai kritik AS atas upayanya untuk mengambil alih pembuat mesin pesawat militer Ukraina Motor Sich pada 2017. Kekhawatirannya adalah bahwa teknologi kedirgantaraan yang canggih pada akhirnya akan digunakan untuk tujuan militer.
Baca Juga : Pentagon Tempatkan Pasukan di Dekat Sudan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian, mengkritik langkah tersebut sebagai tindakan menekan perusahaan Tiongkok dan mengatakan bahwa pemerintahan Trump menggeneralisasi konsep keamanan nasional dan menyalahgunakan kekuasaan negara tanpa alasan yang jelas.
Sumber: VOA Indonesia