Kamis, 07 Januari 2021 09:01
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM,WASHINGTON - Massa pendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengamuk. Mereka mengobrak abrik Gedung Capitol, tempat Kongres menghitung suara elektoral pemilihan presiden.

 

Akibat amuk massa ini, situasi di gedung parlemen menjadi kacau. Kongres akhirnya menghentikan penghitungan suara.

Kekacauan terjadi tidak lama setelah rapat gabungan Kongres digelar untuk mengonfirmasi kemenangan Joe Biden dalam pilpres AS 3 November lalu.

Baca Juga : Rincian Kasus yang Didakwakan Terhadap Donald Trump

Rapat itu menyulut kemarahan massa pendukung Trump dengan melanggar barikade dan bentrok dengan polisi di tangga Gedung Capitol.

 

Beberapa kantor di gedung parlemen itu dievakuasi, dan kemudian ditutup penuh saat pengunjuk rasa berhasil masuk.

Wakil Presiden Mike Pence, yang sebelumnya mengatakan menentang tuntutan Trump untuk mengubah hasil pilpres, telah dievakuasi untuk keselamatannya.

Baca Juga : Akun Instagram dan Facebook Donald Trump akan Dipulihkan

Sebagai Presiden Senat, adalah tugas Pence untuk memimpin sidang atau rapat gabungan. Namun, dia tidak memiliki kekuatan untuk mengeluarkan hasil suara elektoral.

Alih-alih berusaha meredakan situasi, Trump awalnya menanggapi tindakan pendukungnya dengan menyerang Pence di Twitter.

“Mike Pence tidak memiliki keberanian untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk melindungi negara kita dan Konstitusi kita, memberikan kesempatan kepada negara bagian untuk mengesahkan serangkaian fakta yang dikoreksi, bukan fakta palsu atau tidak akurat yang sebelumnya diminta untuk disertifikasi. AS menuntut kebenaran!," tulis Trump di Twitter.

Baca Juga : Maut Mengintai Jenderal Marinir Amerika

Trump mem-posting tweet lain beberapa menit kemudian, mendesak para pendukungnya untuk mendukung polisi dan tetap damai.