Senin, 14 Desember 2020 13:13

Epidemiolog Tak Yakin Cakupan Vaksinasi Indonesia Capai 80 Persen

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

"Enggak akan (tercapai). Selain banyak yang terpengaruh teori konspirasi, juga banyak penduduk kita di batas miskin," kata Dicky.

RAKYATKU.COM - Indonesia telah menerima 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 siap pakai dari perusahaan asal China Sinovac pekan lalu.

Nantinya, akan ada 1,8 juta dosis vaksin siap pakai lain yang tiba pada Januari 2021 mendatang.

Meski jutaan vaksin telah tiba di Indonesia, tetapi pemerintah belum bisa langsung menyuntikkannya.

Baca Juga : Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat Lagi, Kini Total 6.080.451

Itu karena proses vaksinasi harus menunggu izin penggunaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terlebih dahulu.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, pemerintah harus memiliki rencana yang matang sebelum melakukan program vaksinasi.

Sebab, vaksinasi merupakan program yang tidak sederhana dan harus dikerjakan dengan sangat detail.

Baca Juga : Gebyar Vaksin Covid-19, Pemkab Gowa Siapkan Doorprize Puluhan Sepeda Motor

Agar vaksinasi dapat efektif dan mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity, menurut Dicky ada tiga syarat yang harus dipenuhi.

Pertama, menurut Dikcy, pemerintah harus dapat memilih vaksin virus corona yang aman dan memiliki efektivitas yang optimal.

Sejauh ini, vaksin Sinovac yang dipesan dan telah sampai di Indonesia belum mengumumkan hasil uji efektivitasnya.

Baca Juga : Aturan Mudik Lebaran: Wajib Pakai Masker Tiga Lapis, Dilarang Teleponan

"Vaksinnya tentukan dulu mana yang aman dan memiliki efektivitas yang memadai dan optimal," kata Dicky, Ahad (13/12/2020).

Dicky menyebut, saat ini baru ada tiga perusahaan vaksin yang telah mengumumkan hasil uji tahap 3 dan efektivitasnya yaitu Pfizer, Moderna, dan Oxford.

"Jika ingin vaksinasi dalam waktu dekat, ya harus memilih dari tiga itu, karena di luar tiga itu kan belum ada," tambahnya.

Baca Juga : Pria Ini Divaksinasi 90 Kali demi Jual Kartu Vaksin Palsu

Kedua, sebelum dilakukan vaksinasi, pemerintah harus mengetahui kondisi epidemiologi kasus Covid-19 di daerah.

Terutama angka reproduksi efektif (Rt) virus corona di daerah yang divaksin harus rendah. Untuk itu, satu daerah harus memiliki Rt minimal di bawah 2.

Sebab, angka itu menunjukkan bahwa satu wilayah telah melandaikan kurva. "Artinya harus melandaikan kurva, saat ini ya belum, kecuali mungkin Jakarta, saya belum melihat di daerah lain," tutur dia.

Baca Juga : Satgas COVID-19: Buka Puasa Bersama Boleh, tetapi Jangan Mengobrol

Menurut Dicky, program vaksinasi tidak akan efektif jika satu daerah belum mampu mengendalikan pandemi virus corona.

Ketiga, angka cakupan vaksinasi harus tinggi, setidaknya 80 persen dari populasi. Namun, hal itu juga bergantung pada tingkat efektivitas vaksin yang digunakan.

Namun, melihat kondisi saat ini, Dicky tak yakin jika pemerintah akan mencapai angka vaksinasi 80 persen di Indonesia.

Baca Juga : Satgas COVID-19: Buka Puasa Bersama Boleh, tetapi Jangan Mengobrol

Terlebih program vaksinasi di Indonesia sebagian besar dilakukan secara mandiri atau berbayar.

"Enggak akan (tercapai). Selain banyak yang terpengaruh teori konspirasi, juga banyak penduduk kita di batas miskin," kata Dicky.

Sumber: Kompas

#Vaksin Covid-19 #Satgas Covid-19