Selasa, 24 November 2020 23:01
Ilustrasi
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - AstraZeneca mengklaim efektivitas vaksin Covid-19 yang dikembangkannya bersama Universitas Oxford dapat mencapai 90 persen.

 

Tingkat efektivitas yang tinggi itu diyakini memberi dunia senjata untuk melawan pandemi global dan berpotensi lebih murah untuk dibuat, lebih mudah didistribusikan, dan lebih cepat untuk ditingkatkan dibandingkan vaksin Covid-19 saingannya.

Produsen obat Inggris tersebut mengatakan akan memproduksi sebanyak 200 juta dosis pada akhir 2020. Jumlah itu merupakan sekitar empat kali lebih banyak dibandingkan dengan vaksin pesaing asal Amerika Serikat, Pfizer.

Baca Juga : Gebyar Vaksin Covid-19, Pemkab Gowa Siapkan Doorprize Puluhan Sepeda Motor

Tujuh ratus juta dosis vaksin, kata AstraZeneca, dapat disiapkan secara global segera setelah akhir kuartal pertama 2021.

 

Vaksin itu 90 persen efektif dalam mencegah Covid-19 ketika diberikan dengan takaran setengah dosis dan diikuti dengan dosis penuh setidaknya sebulan kemudian, menurut data dari uji coba tahap akhir di Inggris dan Brazil. Tidak ada peristiwa terkait keselamatan serius yang dikonfirmasi, kata perusahaan itu.

"Ini berarti kita memiliki vaksin untuk dunia," kata Andrew Pollard, direktur kelompok vaksin Universitas Oxford dilansir dari Tempo.co.

Baca Juga : Pria Ini Divaksinasi 90 Kali demi Jual Kartu Vaksin Palsu

Harga vaksin hanya beberapa dolar per suntikan, jauh lebih rendah daripada harga buatan Pfizer dan Moderna, yang menggunakan teknologi yang lebih tidak konvensional.

Vaksin juga dapat diangkut dan disimpan pada suhu lemari es normal, yang menurut para pendukung akan membuatnya lebih mudah didistribusikan, terutama di negara-negara miskin.

Vaksin dapat disimpan, diangkut dan ditangani pada suhu 2-8 °C selama setidaknya enam bulan, yang memungkinkan penggunaan yang mudah dalam pengaturan perawatan kesehatan yang ada.

Baca Juga : Kemenkes Angkat Bicara Soal Dosis Keempat dan Suntik Vaksin COVID-19 Tiap Tahun

Ketetapan suhu itu dianggap lebih memudahkan dibandingkan dengan vaksin buatan Pfizer, yang perlu dikirim dan disimpan pada suhu -70 derajat Celsius, ukuran suhu yang kerap dicapai pada musim dingin di Antartika.

Efektivitas vaksin AstraZeneca bergantung pada dosisnya. Angka tersebut turun menjadi hanya 62 persen bila diberikan sebagai dua dosis penuh, alih-alih setengah dosis terlebih dahulu.

Namun, para ilmuwan berhati-hati agar tidak melihat ini sebagai bukti bahwa vaksin tersebut akan kurang bermanfaat daripada saingannya. Vaksin dari Pfizer dan Moderna masing-masing mencegah sekitar 95 persen kasus, menurut data sementara dari uji coba tahap akhir mereka.

Baca Juga : Lebih dari 100 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Dibuang gara-gara Kedaluwarsa

"Saya pikir mulai mencoba memilih ketiga vaksin ini (Pfizer/Moderna/Astra) berdasarkan potongan data fase tiga dari siaran pers merupakan sesuatu yang tidak realistis untuk dilakukan," kata Danny Altmann, profesor imunologi di Imperial College London.

"Untuk gambaran yang lebih besar, perkiraan saya adalah saat kita memasuki satu tahun ke depan, kita akan menggunakan ketiga vaksin dengan perlindungan sekitar 90 persen, dan kita akan jauh lebih senang."

Pascal Soriot, CEO AstraZeneca, mengatakan data yang menunjukkan bahwa setengah dosis awal lebih efektif daripada dua dosis penuh adalah kabar baik, karena lebih banyak orang yang bisa mendapatkan vaksinasi lebih cepat dengan persediaan terbatas.