RAKYATKU.COM - Kabar terbaru dari Bandung datang dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang terus melakukan pemantauan terhadap uji klinis vaksin Sinovac. Tercatat ada lebih dari 1.600 relawan yang terlibat dalam uji klinis yang dilakukan di Bandung.
Juru Bicara sekaligus Ketua Tim Pakar Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito mengatakan hingga saat ini tidak ada laporan terkait dengan uji klinis tahap tiga vaksin asal China, Sinovac yang dikembangkan oleh Biofarma.
"Tidak ada efek laporan dalam uji klinis, dan peran utama pemerintah Indonesia adalah memastikan ketersediaan vaksin bagi warga negara Indonesia untuk mencapai kekebalan," ujarnya saat konferensi dengan media secara virtual di Jakarta, Rabu (7/10/2020).
Baca Juga : Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat Lagi, Kini Total 6.080.451
Dia juga menambahkan, Indonesia akan selektif dalam memilih vaksin termasuk Sinopharm dan perusahaan farmasi lain. Hal ini untuk memastikan bahwa vaksin yang masuk ke indonesia sudah terbukti aman yang tercermin dalam data dan hasil penelitian.
"Sejalan dengan itu, kerja sama multilateral pemerintah Indonesia juga turut serta dalam pengembangan vaksin dalam negeri seperti pengembangan vaksin merah putih oleh Eijkman dan kementerian Riset dan teknologi," pungkasnya dikutip dari CNBCIndonesia, 10 September 2020.
Dalam kesempatan yang lain, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Prof Kusnadi Rusmil mengatakan pihaknya sudah melakukan suntikan pertama pada 1.320 relawan dan suntikan kedua pada 660 relawan.
Baca Juga : Aturan Mudik Lebaran: Wajib Pakai Masker Tiga Lapis, Dilarang Teleponan
"Nampaknya seluruh penyuntikan akan selesai pada minggu depan. Tinggal diikuti selama 6 bulan," ujarnya.
Kusnandi Rusmil mengungkapkan dalam uji klinis fase tiga ini perhatiannya adalah keamanan, efektivitas dan efisiensi. Keamanan dalam memantau reaksi lokal, apakah ada bengkak, merah-merah di kulit dan lain. Satu lagi reaksi sistemik seperti apakah relawan mengalami nyeri, badan panas dan lainnya.
Uji klinis diharapkan selesai pada akhir tahun dan bisa dipakai mulai Maret 2021. Vaksin ini akan diutamakan bagi petugas kesehatan, para pekerja, anak-anak dan pekerja produktif lainnya agar ekonomi kembali berlanjut.
Baca Juga : Satgas COVID-19: Buka Puasa Bersama Boleh, tetapi Jangan Mengobrol
"Vaksin Sinovac juga sedang diuji juga di Brasil, India, Bangladesh, dan Turki. Nanti dilihat bagaimana hasilnya di negara lain. Kalau vaksin ini mau dijual secara bebas, itu harus sama hasilnya. Setelahnya izin dari WHO. Bila WHO bilang bagus, itu bisa dijual secara global," ujarnya.
Salah satu dari 1.620 relawan yang ikut serta ujicoba fase 3 di Universitas Padjajaran Bandung beberapa waktu lalu ialah Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Ia sendiri mengaku meski menjadi bagian pemerintah yang menangani langsung, merelakan dirinya untuk menjadi salah satu dari 1.620 relawan vaksin Covid-19.
Ridwan Kamil meyakinkan masyarakat bahwa uji klinis vaksin yang dilaksanakan di Universitas Padjajaran Bandung melalui tiga tahap fase uji klinis beberapa waktu lalu dan disaksikan Presiden Joko Widodo.
Baca Juga : Update COVID-19 Indonesia 21 Januari: Naik 2.604, Kasus Aktif 14.119
"Tahap satu vaksin disuntikkan pada relawan yang jumlahnya dibawah 100 orang. Tahap dua, disuntikkan pada relawan dengan jumlah antar 100 hingga 1000 orang. Dan tahap tiga untuk relaaan diatas 1000 orang dan tepatnya 1.620 relawan," ia berbagi cerita dalam wawancara yang dilakukan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro, yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (9/10/2020).
Pengalamannya dalam menjalani uji coba itu syaratnya harus mendatangi hingga 5 kali kunjungan. Pertama melakukan tes PCR, rapid test dan sejenisnya untuk pengkondisian. Kunjungan kedua, menerima suntikan vaksin tahap satu, kunjungan ketiga disuntikkan tahap kedua, kunjungan keempat dan kelima diambil darahnya untuk dicek reaksi dari vaksin yang disuntikkan.
"Apakah setelah disuntik vaksin, di dalam tubuh saya ini antibody berlimpah atau tidak. Nah, kalau berlimpahnya sampai 90%, berarti badan saya siap melawan virus Covid-19 yang akan menyerang tubuh saya. Pengambilan darah kedua akan dilakukan Desember 2020 dan untuk melihat hasilnya," ujarnya. Nah kalau hasil uji darah Desember kelak berhasil, maka produksi vaksin secara massal baru bisa dimulai dan dilanjutkan vaksinasi massal.
Baca Juga : Total Kasus Positif COVID-19 Indonesia Capai 4.261.759
Memang ia mengatakan upaya yang dilakukan pemerintah ini tidaklah mudah. Dan masih ada kelompok-kelompok masyarakat yang meragukan keamanan vaksin. Bahkan Ridwan yang mengikuti proses relawan vaksin pun dituding hanya berpura-pura atau menyebarkan hoaks (berita bohong), ketika fotonya saat proses pengambilan darah diunggah akun media sosial pribadinya dan beredar luas di media sosial.
"Persepsi publik, orang-orang yang tidak paham menyangka saya bohong. Karena menurut yang tidak paham, jarum suntik itu masih seperti model yang lama, padahal dalam tes vaksin menggunakan jarum suntik modern yang disebut vacutainer," ungkapnya.