Kamis, 24 September 2020 16:02

Ternyata Banyak Air Es, NASA Rencana Kembali ke Bulan dengan Biaya Rp417,6 Triliun

Alief Sappewali
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Pada 10 Desember 1972, gambar yang diperoleh dari NASA, astronot Harrison Schmitt mengumpulkan sampel batuan bulan di lokasi pendaratan Taurus-Littrow di bulan selama misi Apollo 17. (FOTO: AFP)
Pada 10 Desember 1972, gambar yang diperoleh dari NASA, astronot Harrison Schmitt mengumpulkan sampel batuan bulan di lokasi pendaratan Taurus-Littrow di bulan selama misi Apollo 17. (FOTO: AFP)

"Kami mengira bulan itu kering tulang. Sekarang kami tahu bahwa ada banyak air es dan kami tahu bahwa itu ada di Kutub Selatan."

RAKYATKU.COM - NASA mengungkapkan rencana terbarunya untuk mengembalikan astronot ke Bulan pada tahun 2024.

NASA memperkirakan biaya untuk memenuhi tenggat waktu itu sebesar $ 28 miliar atau sekitar Rp417,6 triliun. Dari jumlah itu, $ 16 miliar atau sekitar Rp238,6 triliun di antaranya akan dihabiskan untuk modul pendaratan di bulan.

Kongres, yang menghadapi pemilihan pada 3 November, harus menandatangani pembiayaan untuk proyek yang telah ditetapkan oleh Presiden Donald Trump sebagai prioritas utama. Dana $ 28 miliar itu dianggarkan pada 2021-2025.

Kepada wartawan Senin (21/9/2020), administrator NASA, Jim Bridenstine mencatat bahwa risiko politik sering kali menjadi ancaman terbesar bagi pekerjaan NASA. Terutama sebelum pemilihan yang begitu penting.

Sebelumnya, Barack Obama membatalkan rencana untuk misi Mars berawak, setelah pendahulunya menghabiskan miliaran dolar untuk proyek tersebut.

"Jika Kongres menyetujui tahap pertama $ 3,2 miliar sebelum Natal, kami masih di jalur untuk pendaratan di bulan 2024," kata Bridenstine seperti dikutip dari AFP.

“Untuk memperjelas, kita akan pergi ke Kutub Selatan,” katanya, mengesampingkan situs pendaratan Apollo di ekuator Bulan antara 1969 dan 1972.

“Tidak ada diskusi apapun selain itu,” lanjutnya.

Tiga proyek berbeda bersaing untuk membangun pendarat bulan yang akan membawa dua astronot ke Bulan dari kapal mereka, Orion. Salah satunya seorang wanita.

Yang pertama sedang dikembangkan oleh Blue Origin, didirikan oleh CEO Amazon Jeff Bezos, bekerja sama dengan Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Draper.

Dua proyek lainnya sedang dikerjakan oleh SpaceX Elon Musk dan oleh perusahaan Dynetics.

Penerbangan pertama, Artemis I, dijadwalkan pada November 2021, tidak akan berawak: roket SLS raksasa baru, yang saat ini dalam tahap uji coba, akan lepas landas untuk pertama kalinya dengan kapsul Orion.

Artemis II, pada tahun 2023, akan membawa astronot mengelilingi Bulan tetapi tidak akan mendarat.

Terakhir, Artemis III akan setara dengan Apollo 11 pada tahun 1969, tetapi masa tinggal di Bulan akan bertahan lebih lama --selama sepekan-- dan akan mencakup dua hingga lima aktivitas luar angkasa.

"Ilmu yang akan kami lakukan benar-benar sangat berbeda dari apa pun yang telah kami lakukan sebelumnya," kata Bridenstine.

"Kami harus ingat selama era Apollo, kami mengira bulan itu kering tulang. Sekarang kami tahu bahwa ada banyak air es dan kami tahu bahwa itu ada di Kutub Selatan."

#pendaratan di bulan #apollo