Jumat, 26 Juni 2020 21:03

Studi: Covid-19 Bisa Merusak Otak

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Sejumlah peneliti mengungkap bahwa coronavirus disease 2019 (Covid-19) dalam beberapa kasus yang sangat parah dapat merusak otak.

RAKYATKU.COM - Sejumlah peneliti mengungkap bahwa coronavirus disease 2019 (Covid-19) dalam beberapa kasus yang sangat parah dapat merusak otak.

Dalam kondisi sangat parah, Covid-19 bisa menyebabkan komplikasi penyakit seperti stroke, peradangan, psikosis, dan gejala mirip demensia.

Ini adalah salah satu hasil studi awal beberapa lembaga dan universitas ke sejumlah pasien Covid-19. Hasil itu merupakan temuan pertama yang memberi gambaran lengkap mengenai pengaruh Covid-19 terhadap sistem saraf. 

"Ini merupakan gambaran penting mengenai komplikasi Covid-19 terkait otak pada pasien yang dirawat di rumah sakit," kata salah satu ketua riset, Sarah Pett, profesor di University College London dikutip Reuters, Jumat (26/6/2020).

"Ini penting karena kami terus mengumpulkan informasi semacam ini demi memahami sepenuhnya cara kerja virus," kata Sarah.

Kajian ini diterbitkan dalam jurnal Lancet Psychiatry, Kamis (25/6/2020). Memperlihatkan secara detail 125 kasus COVID-19 di Inggris. 

Ketua peneliti lainnya, Benedict Michael dari Liverpool University, mengatakan penting bagi mereka untuk fokus ke penderita Covid-19 dengan gejala sakit parah.

Data penelitian dikumpulkan sejak 2 April sampai 26 April. Periode itu merupakan saat kasus Covid-19 meningkat secara eksponensial di Inggris. 

Stroke jadi komplikasi penyakit otak yang cukup umum ditemui pada penderita Covid-19. Sedikitnya, 77 pasien dari total 125 pasien Covid-19 mengalami stroke.

Dari 77 orang itu, sebagian besar pasien merupakan orang lanjut usia di atas 60 tahun. Sebagian besar stroke disebabkan oleh penyumbatan darah di otak, dikenal dengan stroke iskemik.

Kajian itu juga menemukan 39 pasien dari total 125 pasien menunjukkan tanda-tanda linglung atau perubahan pada tingkah laku yang mencerminkan perubahan kondisi mental atau pikiran seseorang. 

Dari 39 orang itu, sembilan di antaranya mengalami disfungsi atau kegagalan fungsi otak yang tidak spesifik atau dikenal dengan istilahensefalopati.

Sementara itu, tujuh di antaranya mengalami peradangan otak atau ensefalitis.