Minggu, 14 Juni 2020 11:02

Hibah Senjata Militer AS yang Surplus untuk Polisi Tuai Sorotan

Nur Hidayat Said
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Program Amerika Serikat yang sudah berlangsung 10 tahun untuk menyumbangkan senjata-senjata dan kendaraan militer surplus kepada polisi kini mendapat sorotan. 

RAKYATKU.COM - Program Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang sudah berlangsung 10 tahun untuk menyumbangkan senjata-senjata dan kendaraan militer surplus kepada polisi kini mendapat sorotan baru. 

Sorotan itu terjadi usai adanya gelombang aksi protes selama berpekan-pekan menentang--apa yang disebut--kebrutalan polisi.

Program itu telah memasok berbagai angkatan kepolisian dengan peralatan militer bernilai lebih dari $7 miliar sejak 1991, termasuk senjata-senjata serbu semi otomatis dan kendaraan anti ranjau yang beratnya 40 ton yang dipakai oleh tentara Amerika di Afgahnistan dan Irak.

Para pejabat kepolisian lokal membela program itu dengan mengatakan peralatan militer itu telah menyelamatkan banyak nyawa dan memungkinkan polisi menghadapi berbagai keadaan darurat.

Namun, para pengecam mengatakan, peralatan militer itu mendorong polisi mengunakan taktik tangan besi ketika mengadakan penggrebekan untuk mencari narkoba gelap dan dalam menghadapi aksi protes jalanan seperti yang banyak terjadi setelah meninggalnya George Floyd ketika ditahan polisi.

Karena banyaknya protes masyarakat tentang program hibah senjata itu, Presiden Barack Obama pada 2015 dengan ketat membatasi program tadi. Pihak kepolisian mengembalikan 126 kendaraan lapis baja jenis tank, 138 peluncur granat dan 1.600 lebih bayonet.

Namun, Presiden Donald Trump bulan Agustus 2017 membatalkan peraturan Obama tersebut. Sejak itu Departemen Pertahanan telah menghibahkan apa yang disebutnya sebagai “barang-barang surplus” kepada jawatan kepolisian di seluruh Amerika, bernilai $1 miliar lagi.

Sumber: VOA Indonesia