Senin, 09 Maret 2020 16:30

Dulunya Hanya Sopir Angkot, Kini Dia Jadi Konglomerat Berduit Rp106 Triliun

Fathul Khair Akmal
Konten Redaksi Rakyatku.Com
Ist
Ist

Prajogo Pangestu. Lahir dengan nama Phang Djoem Phen di Sambas, Kalimantan Barat, ia harus melewati masa kecil dengan penuh kesusahan.

RAKYATKU.COM - Prajogo Pangestu. Lahir dengan nama Phang Djoem Phen di Sambas, Kalimantan Barat, ia harus melewati masa kecil dengan penuh kesusahan.

Karena kondisi yang ada pada saat itu, Prajogo remaja pun hanya bersekolah hingga jenjang SMP saja. Namun beberapa puluh tahun kemudian, ia menjelma sebagai sosok konglomerat besar RI dengan kekayaan yang luar biasa.

Kondisi keluarga yang serba pas-pasan, membuat Prajogo remaja harus memutar otak, agar bisa membantu meringankan beban perekonomian kedua orang tuanya.

Berbekal pendidikan SMP, ia mencoba mengadu nasib ke Jakarta. Sayang, ia tak kunjung mendapat pekerjaan. Tak tahan, Prajogo pun kembali ke Kalimantan dan bekerja sebagai sopir angkutan umum.

Pada saat menjadi sopir inilah, titik terang mulai menghampiri Prajogo. Nasibnya kala itu dipertemukan dengan pengusaha kayu asal Malaysia, bernama Bong Sun On, atau Burhan Uray pada tahun 1960-an, menjadi titik balik bagi dirinya untuk mengubah keadaan. 

Putra dari penyadap getah karet itu pun bergabung dengan Burhan di PT Djajanti Group pada 1969. Selama tujuh tahun bekerja, ia sukses membuat atasannya terkesan.

Kepercayaan itu akhirnya membuat Prajogo dipercaya sebagai general manager (GM) untuk mengelola pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur. Meski punya jabatan dan karir yang bagus, ia tak betah bekerja di sana dan memutuskan untuk mendirikan usahanya pribadi.

Berbekal pengalaman di industri kayu dan pinjaman bank sebagai modal, Prajogo membeli CV Pacific Lumber Coy yang kelak berubah menjadi PT Barito Pacific Lumber.

Selama mengelola bisnis, Prajogo sukses membesarkan bisnisnya hingga merambah ke berbagi bidang di luar perkayuan. Hal ini juga tak lepas dari kerjasama bisnisnya dengan anak-anak Presiden Soeharto dan pengusaha lainnya.

Dilansir dari CNBCIndonesia.com (08/03/2019), perusahaan miliknya membeli 70% perusahaan petrokimia, Chandra Asri, pada 2007 dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk di tahun 2008. Usahanya kini bergerak di bidang perkayuan, properti, petrokimia, dan minyak sawit mentah.

Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) 72/2019, Keppres 73/2019, dan Keppres 74/2019, Prajogo mendapat gelar tanda kehormatan 2019 dari Presiden Joko Widodo berupa penghargaan Bintang Jasa Utama. 
Selain dirinya, penganugerahan tersebut juga diterima oleh pengusaha Arifin Panigoro dan TP Rachmat. Keduanya juga merupakan pebisnis besar di Tanah Air.

Berkat usaha dan kerja kerasnya selama ini, sosok Prajogo Pangestu masuk ke dalam datar Forbes sebagai Indonesia’s 50 Richest 2019 atau 50 orang terkaya 2019 dengan jumlah harta sebesar (Rp 87.679 triliun). Alhasil, dirinya menempati urutan ketiga sebagai salah satu konglomerat terkaya di Indonesia.