RAKYATKU.COM, BULUKUMBA - Mansur, lelaki paruh baya yang pernah mendapat penyiksaan dari orang tuanya dengan disekap di kamar mandi, berpulang menghadap Sang Khalik. Hidupnya di Bumi telah dicukupkan oleh Tuhan.
Mansur, pria yang juga pernah dihadiahi sepucuk gitar oleh istri Gubernur Sulsel, Lestianty Nurdin saat jalani perawatan beberapa bulan lalu, dikabarkan meninggal dunia di Negeri Jiran, Malaysia.
Kabar ini jadi pukulan keras bagi Dinas Sosial Bulukumba. Pasalnya pria yang mengalami keterbelakangan mental itu lama mendapatkan perawatan.
Agustin Salassa, Tim Rekasi Cepat TP2A Bulukumba adalah orang yang paling dekat dengan Mansur. Dia tak mampu menahan tangis usai kabar duka itu disampaikan oleh pihak keluarga di kampung halaman orang tua Mansur di Borong Jatie, Kelurahan Jalanjang, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
"Sampai saat ini saya tidak mampu menahan air mata saya jika mengingat sosok Mansur. Kabar duka datang kemarin malam ke saya. Kalau dia meninggal di Malaysia," katanya.
Selain Agustin, orang yang paling tidak menyangka Mansur telah menghadap ilahi, adalah legislator PKB Bulukumba, Andi Soraya Widyasari. Wanita berhijab itu memang dikenal peduli dengan kelompok disabilitas.
Legislator perempuan itu bahkan menguraikan kisahnya bersama Mansur. Dari awal dia bertemu hingga pertemuan terakhirnya. Dia memang dikenal sangat dekat dengan Mansur. Bahkan kerap belanja kebutuhan Mansur. Salah satunya radio.
"Saya masih ingat, malam itu, tanggal 29 Januari 2020, kami makan malam bersama Bapak Bupati Bulukumba (AM Sukri A Sappewali), atas undangan beliau bersilaturrahmi bersama Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia. Malam itu saya tiba-tiba teringat Mansur dan langsung menuju Kantor Dinsos untuk menjemputnya, dan malam itu menjadi malam terakhir kali bersama Mansur, dan sangat berkesan masyaallah," kata Andi Yaya.
Bahkan Mansur kepada Andi Yaya, memanggil Bunda. Itu karena mereka benar-benar dekat.
"Malam itu, sepulang dari rumah Bapak Bupati, Mansur meminta mampir di toko baju karena mendapat uang dari Kakak Opik (Asisten Pribadi Bapak Bupati) Mansur meminta untuk dibelikan baju warna pink. Biasanya dia minta warna merah, tapi kali ini mintanya pink, karena tidak ada baju pink-nya katanya. Lalu, minta dibelikan celana panjang jin. 'Mauka gagah Bunda seperti itu di Tagana'," ujar Andi Soraya.
"Sepulang membeli pakaian dan celana, di mobil saya meminta Mansur membacakan Al Fatihah, masyaallah lancar, An Nas juga lancar, Al Falaq masih terbata-bata, Al Ikhlas alhamdulillaah lancar," katanya.
"Saya pribadi sangat ingin merawat Mansur jika diperkenankan, namun secara psikologi, Mansur masih perlu mendapat pembinaan. Selama beberapa bulan sejak Mansur dijemput di Rumah Rehsos Provinsi Sulsel, Kantor Dinas Sosial Kabupaten Bulukumba menjadi rumah baru Mansur. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada, Mansur sering berpindah tangan untuk pendampingannya, hal ini yang menjadi pertimbangan pemerintah bersama DPRD untuk merencanakan Rumah RehSos di Bulukumba," bebernya.
"Saya menyampaikan rasa duka mendalam atas kepergian Mansur kepada keluarga Mansur. Dam mendoakan Mansur husnulkhatimah insyaallah amin. Saya merasakan kepergian Mansur ini sebagai sebuah teguran bagi saya pribadi, dan sebagai anggota DPRD yang dalam visi dan misi saya memfokuskan diri pada masalah-masalah sosial, saya bermuhasabah dan menyadari kekurangan saya yang tidak mampu memberikan perhatian yang lebih fokus kepada kasus Mansur ini," ucapnya.