RAKYATKU.COM, JAKARTA - Anggota DPR RI Muhammad Fauzi meminta Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi agar tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berpotensi memancing kegaduhan di tengah masyarakat.
Setelah menyebut agama adalah musuh pancasila, Yudian kembali melontarkan pernyataan, agar orang Islam, mulai bergeser dari kitab suci ke konstitusi, kalau dalam berbangsa dan bernegara.
Fauzi yang juga anggota komisi VIII DPR mengatakan, pernyataan tersebut semestinya tidak perlu dilontarkan. Sebab, dalam konteks bernegara umat beragama di Indonesia patuh pada konstitusi.
“Justru pernyataan seperti ini bisa menimbulkan bias dan memancing reaksi masyarakat karena terkesan selalu menghadapkan agama dan pancasila,” katanya.
Menurut Fauzi, pernyataan Kepala BPIP tersebut justru tidak tidak pancasilais. Sebab, pernyataan seperti itu yang bisa berpotensi memecah bangsa.
“Jadi mulai lah dari diri kita sendiri sebagai pejabat publik. Pernyataan seperti itu justru tidak sejalan nilai pancasila karena berpotensi merusak persatuan bangsa,” ujarnya dalam rilis yang diterima Rakyatku.com.
Lanjut Fauzi, konstitusi dan agama di Indonesia punya keterkaitan. Sebab, hukum yang berlaku sangat diwarnai oleh nilai-nilai dasar dari agama.
Suami Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani ini meminta, BPIP lebih baik fokus pada tugasnya membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila. Terkhusus bagaimana pembinaan di kalangan para pejabat pemerintahan.
Sebab, tidak mungkin pancasila akan bisa kokoh jika pemimpinnya sendiri tidak menjadikan pancasila sebagai dasar dari setiap pengambilan kebijakan.
“Jadi harus dimulai dari pejabat publiknya dulu. Jangan sampai pancasila hanya sekadar selogan ideologi tapi dalam praktik pengambilan kebijakan oleh para pemimpin justru bertentangan dengan nilai pancasila itu sendiri,” tegasnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengimbau semua umat beragama, untuk menempatkan konstitusi di atas kitab suci dalam berbangsa dan bernegara. Adapun untuk urusan beragama, kembali ke masing-masing pribadi masyarakat.
“Saya mengimbau kepada orang Islam, mulai bergeser dari kitab suci ke konstitusi kalau dalam berbangsa dan bernegara. Sama, semua agama. Jadi kalau bahasa hari ini, konstitusi di atas kitab suci. Itu fakta sosial politik,” kata Yudian dilansir dari Tempo di Kantor BPIP, Jakarta, Kamis (13/2/2020).
Yudian mengatakan, imbauan itu bukan berarti merendahkan agama. Sebab, kitab suci dan konstitusi merupakan perpaduan antara ilahi dan wadhi yang diselesaikan dengan kesepakatan atau ijma. Menurut dia, hukum Tuhan tertinggi yang mengatur kehidupan sosial politik bukanlah kitab suci. “Kalau Islam, bukan Quran dan hadist dalam kitab, tapi adalah konsensus atau ijma,” ujarnya.
Rektor UIN Sunan Kalijaga ini mencontohkan perintah menunaikan ibadah haji yang merupakan bagian dari ilahi. Sumber dan tujuan menunaikan ibadah haji dijelaskan dalam Al Quran. Namun, bagaimana calon jemaah memilih kendaraan, anggaran naik haji, dan waktu keberangkatan merupakan bagian dari wadhi.
Pancasila, kata Yudian, sebetulnya merupakan anugerah terbesar Allah SWT kepada sejarah abad 20. Jika bangsa Indonesia tidak pandai bersyukur atas nikmat itu, negara akan hancur. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk mensyukurinya dengan kembali ke persatuan dan konsensus tertinggi, yaitu Pancasila. “Tanpa persatuan, maka tidak ada republik ini.”